Page 102 - AL-QURAN HADIS_MTs_KELAS_VIII_KSKK_2020
P. 102

SEBAB PERBEDAAN BACAAN QIRA’AT

                         Menurut  K.H.  Arwani  Amin  dalam  Kitabnya  Faidhul  Barokah  munculnya
                    perbedaan qira‟at karena hal-hal berikut:

                 1.  Perbedaan qira„at yang dibaca Nabi Saw. dalam mengajarkan al-Qur‟an kepada para
                    sahabat.  Misalnya  Nabi  Saw.  pernah  membaca  surah  As-Sajdah  (32):  17  dengan

                     cara berbeda, yakni, pada kata  qurrah, Nabi  Saw.  membacanya dengan  ta„ biasa,
                    sedangkan  pada  kesempatan  lainnya  dengan  ta„  marbuthah  (huruf  ta  bulat  dan

                    bertitik dua).

                 2.  Penerimaan  Nabi  Saw.  atas  berbagai  qira„at  yang  berlaku  di  kalangan  kaum
                     muslimin waktu itu, menyangkut dialek di antara mereka dalam mengucapkan kata-
                    kata  di  dalam  Al-Qur‟an.  Contohnya  ketika  seorang  sahabat  dari  suku  Hudzail
                    membaca  di  hadapan  Nabi  Saw.  “atta  hin”,  padahal  beliau  menghendaki  bacaan
                    “hatta hin”. Keluasan Nabi Saw. dalam menerima hal ini difirmankan Allah SWT.,
                    “Kami  tidak  mengutus  seorang  rasul  pun  melainkan  dengan  bahasa  kaumnya,
                    supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka.” (QS Ibrahim
                    (14): 4).
                 3.  Ada riwayat dari para sahabat Nabi Saw. menyangkut berbagai versi qira„at yang
                    ada  atau  perbedaan  riwayat  dari  para  sahabat  Nabi  Saw.menyangkut  ayat-ayat
                    tertentu.
                 4.  Adanya lahjah atau dialek kebahasaan di kalangan bangsa Arab pada masa turunnya
                    Al-Qur‟an.
                 5.  Perbedaan syakal, harakah, atau huruf. Contohnya pada surah al-Baqarah (2): 222.
                    Kata “yath-hurna” bisa dibaca “yathahharna”. Jika dibaca dengan qira`at pertama,
                    berarti, “dan janganlah kamu mendekati mereka (istri-istrimu) sampai mereka suci
                    (berhenti  dari  haid  tanpa  mandi  terlebih  dahulu)”.  Sedangkan  jika  dengan  qira`at
                    kedua,  berarti,  “dan  janganlah  kamu  mendekati  mereka  (istri-istrimu)  sampai
                    mereka bersuci (berhenti dari haid dan telah mandi wajib terlebih dahulu)”.
                         Qira„at  ini  ditetapkan  berdasarkan  sanad-sanadnya  yang  sampai  kepada
                   Rasulullah  Saw.  melalui  metode  talaqqi.  Rasulullah  Saw.  bertalaqqi  kepada  Jibril
                   As., lalu dari Rasulullah Saw. kepada para Sahabat dan seterusnya sampai sekarang.
                   Talaqqi  adalah  suatu  metode  dimana  guru  dan  murid  bertemu,  guru  membaca  dan
                   murid mengikuti bacaan guru.
                         Orang yang pertama menyusun ilmu  Qira‟at adalah Abi Ubaid Al-Qasim bin
                   Salam, Abu Hatim As-Sijistani, Abi Ja‟far Ath-Thabari, dan Ismail Al-Qadhi.
                         Dengan memahami ilmu qira‟at ini kita dapat menghargai perbedaan-perbedaan,
                   tidak mudah menyalahkan pendapat lain yang berbeda karena perbedaan  qira‟at ini
                   semuanya berasal dari Nabi Saw.


               88   AL-QUR’AN HADIS KELAS IX
   97   98   99   100   101   102   103   104   105   106   107