Page 131 - BUKU SEJARAH BERITA PROKLAMASI
P. 131
Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
sebelum mewakili daerah itu dia bermukim dan berkarir di Medan serta
menjadi Wakil Ketua Shu Sangi Kai Sumatera Timur, Abdul Abas yang
mewakili Lampung sesungguhnya adalah orang Tapanuli, dan Teuku Nyak
Arief adalah orang Aceh, tetapi dari kalangan bangsawan. Keberagaman
juga terlihat dari wakil masing-masing Shu pada lembaga tersebut. Ada
wakil yang berasal dari kalangan politisi (nasionalis), ulama,
bangsawan/kerajaan, dan juga dari kalangan moderat, serta tidak hanya
merupakan PAD (Putra Asli Daerah), sebab juga ada wakil dari kalangan
―perantau‖ (dari etnik lain dan juga Tionghoa).
11 Anthony Reid. op.cit. hlm: 301.
12 Mr. T.M. Hassan berasal dari kalangan bangsawan (uleebalang) Aceh (Pidie)
dan pada masa pendudukan Jepang lebih banyak berkiprah dalam urusan
sandang-pangan serta karir politiknya hanya sebagai Kepala Bio Urusan
Petisi di Kantor Keesidenan Sumatera Timur. dr. Moh. Amir adalah orang
Minangkabau yang lama berkarir sebagai dokter di Sumatera Timur dan
pada masa pendudukan Jepang dekat dengan kalangan pergerakan serta
kaum bangsawan.
13 Dalam biografinya, T.M. Hassan mengatakan bahwa Moh. Amir lah yang
mengusulkan dirinya untuk menjadi gubernur, sebaliknya, walaupun tidak
dinyatakan, pemilihan Moh. Amir sebagai Wakil Gubernur berasal dari
usulan T.M. Hassan. Teuku Mohamad Isa (ed). Mr. Teuku Moehammad
Hasan: Dari Aceh ke Pemersatu Bangsa. Jakarta: Papas Sinar Sinanti, 1999.
hlm: 232-3.
14 Muncul protes yang kuat dari Sumatera Barat dan Palembang mengenai
penetapan Medan sebagai ibu kota provinsi tersebut. Suara (tudingan) yang
paling santer terdengar adalah karena Gubernur dan Wakil Gubernur adalah
―orang utara‖ (T.M. Hassan orang Aceh dan Moh. Amir berdomisili di
Sumatera Timur). Walaupun demikian, penetapan Medan sebagai ibu kota
itu juga bisa diterima, karena sebelumnya (pada masa Hindia Belanda) kota
itu pernah menjadi ibu kota Provinsi Sumatera, dan sejak awal abad ke-20
Medan merupakan kota terbesar serta pusat kegiatan ekonomi yang
terpenting di Sumatera.
15 Fatimah Enar. Sumatera Barat 1945-1949. Padang: Pemda Sumatera Barat,
1978. hlm: 20.
16 Ibid. hlm: 21.
17 Sejarah Sosial Daerah Kota Bengkulu. Jakarta: Dep. P dan K, Proyek
Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional, 1984. hlm: 120.
119