Page 69 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 20 DESEMBER 2018
P. 69

Decent Work For All

               Konstitusi telah mengatur mengenai perlindungan hak bagi warga negara Indonesia pada
               Pasal 27 ayat (2) yang mengatur tentang hak untuk memperoleh pekerjaan yang layak,
               yang berbunyi, "Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
               bagi kemanusiaan." Selain itu pada Pasal 28 I ayat (2) disebutkan bahwa "setiap orang
               berhak bebas dari perlakuan yang diskriminatif atas dasar apapun berhak mendapatkan
               perlindungan terhadap perlakuan bersifat diskriminatif itu".

               Pengaturan tersebut semakin diperkuat dengan adanya konsepsi Decent Work For All yang
               berlaku secara internasional. Di dalamnya memuat 4 (empat) pilar, yaitu bebas dari kerja
               paksa, bebas untuk berserikat, non diskriminasi, dan bebas dari pekerja anak. Bentuk
               pelecehan seksual di tempat kerja merupakan bentuk diskriminasi yang tentunya tidak
               sesuai dengan konstitusi dan konsepsi Decent Work For All yang berlaku secara
               internasional tersebut.

               Sebagaimana yang termuat dalam konsideran Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
               tentang Ketenagakerjaan, bahwa perlindungan terhadap tenaga kerja dimaksudkan untuk
               menjamin hak-hak dasar pekerja/buruh dan menjamin kesempatan serta perlakuan tanpa
               diskriminasi atas dasar apapun untuk mewujudkan kesejahteraan pekerja/buruh dan
               keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan kemajuan dunia usaha. Hak
               dasar sebagaimana yang dimaksud dalam konsideran tersebut bermakna sebagai hak yang
               dimiliki oleh setiap manusia sebagai konsekuensi menjadi warga negara suatu negara. Atau
               dapat dikatakan sebagai "given from country".

               Sebagai induk peraturan ketenagakerjaan di Indonesia, Undang-Undang Nomor 13 Tahun
               2003 telah mengatur berbagai bentuk perlindungan hukum bagi pekerja perempuan antara
               lain mengenai waktu kerja bagi pekerja perempuan, sampai pada waktu-waktu istirahat
               bagi pekerja perempuan. Hanya saja, belum mengatur secara tegas mengenai pelecehan
               seksual di tempat kerja.

               Salah satu pasal pada Undang-Undang Ketenagakerjaan tersebut menyebutkan mengenai
               adanya perlindungan terhadap perlindungan kesusilaan bagi pekerja perempuan, hanya saja
               masih dikhususkan bagi pekerja perempuan yang menjalankan pekerjaannya pada waktu
               malam hari. Pengaturan tersebut pada Pasal 76 ayat (3) huruf b menyebutkan bahwasanya
               pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh perempuan antara pukul 23.00 sampai
               dengan pukul 07.00 wajib menjaga kesusilaan dan keamanan selama di tempat kerja.

               Lalu, bagaimana perlindungan kesusilaan pekerja perempuan yang bekerja di luar jam
               sebagaimana disebutkan dalam ketentuan tersebut? Tugas tambahan bagi pemerintah
               untuk mengkaji kembali mengenai kebijakan yang belum diatur dan membuat suatu bentuk
               perlindungan yang kemudian dapat diimplementasikan.

               Pelecehan seksual yang terjadi di kawasan industri berdampak pada menurunnya kinerja
               dari pekerja sebagai penyintas pelecehan seksual, sehingga produktivitas menurun yang
               mengakibatkan keberlangsungan usaha pengusaha dan kesejahteraan pekerja menurun.
               Hal tersebut tentunya harus menjadi perhatian dan pertimbangan pengusaha dalam
               menjalankan roda usaha di perusahaan dengan mencegah terjadinya pelecehan seksual di
               perusahaan.

               Pedoman Pencegahan



                                                       Page 68 of 82.
   64   65   66   67   68   69   70   71   72   73   74