Page 41 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 18 SEPTEMBER 2018
P. 41

itu, dalam rangka mempermudah arus uang masuk dari iuran, BPJS Ketenagakerjaan
               teras  mengembangkan  sistem.  Misalnya,  otomatisasi  pembayaran  iuran  dari
               perusahaan.  Selain  itu,  Agus  menuturkan,  pihaknya  menggandeng  perusahaan
               teknologi finansial, PT Pos Indonesia, dan minimarket waralaba untuk menyediakan
               layanan pembayaran iuran bagi pekerja informal.

               Dengan  demikian,  upaya-upaya  tersebut  semua  berkaitan  diharapkan  dapat
               menggenjot penambahan jumlah peserta. Di saat yang sama, penambahan tersebut
               akan  sejalan  dengan  pertumbuhan  iuran.  Agus  mengatakan,  apabila  kepesertaan
               bertambah iuran juga bertambah, maka dana pengelolaan juga akan bertumbuh.

               "Pengelolaan  [dana]  bertambah  karena  ada  tambahan  iuran  dan  hasil
               pengembangan. Nah hasil pengembangan kami optimalkan sesuai koridor regulasi
               yang ada."

               Sampai September 2018, BPJS Ketenagakerjaan mengumpulkan dana kelolaan senilai
               Rp343 triliun, atau meningkat 17% secara tahunan (year on year/yoy). Kenaikan ini
               beriringan dengan peningkatan hasil investasi sebesar 19% menjadi Rp21 triliun.

               Alokasi aset tersebut tersebar ke sejumlah instrumen investasi dengan perincian surat
               utang 62%, saham 19%, deposito 8%, reksa dana 10%, dan investasi langsung 1%.

               Adapun jumlah peserta terdaftar mencapai 49,5 juta jiwa atau meningkat 16% (yoy).

               Sedangkan  jumlah  peserta  aktif  mencapai  29,5  juta  atau  meningkat  23%  (yoy).
               Sedangkan jumlah iuran Rp46,6 triliun atau meningkat 35% (yoy).

               ANCAMAN DEFISIT

               Sementara itu, saudara kandung BPJS Ketenagakerjaan, yaitu BPJS Kesehatan masih
               belum lepas dari bayang-bayang defisit pada 2019.

               Persoalan  yang  rutin  dialami  oleh  lembaga  tersebut  setiap  tahun  sejak  lembaga
               tersebut lahir pada 2014. Saat itu, defisit mencapai Rp 1,54 triliun, kemudian naik
               menjadi Rp5,85 triliun (2015), Rp9,70 triliun (2016), dan Rp9,75 triliun (2017). Pada
               akhir 2018, diperkirakan nilai defisit JKN mencapai Rpl6,5 triliun.

               Direktur Utama BPJS Kesehatan Fachmi Idris mengatakan, sepanjang iuran peserta
               belum sesuai perhitungan aktuaria, defisit akan terus terjadi. Termasuk pada 2019.
               "Selama iuran tidak disesuaikan tetap defisit," katanya.

               Idealnya,  iuran  peserta  program  Jaminan  Kesehatan  Nasional  mengacu  pada
               perhitungan aktuaria yang dirilis oleh Dewan Jaminan Sosial Nasional. Jumlahnya,
               iuran peserta pekerja bukan penerima upah (PBPU) kelas III senilai Rp53.000, kelas
               II  senilai  Rp63.000,  dan  kelas  I  sebesar  Rp5O.OOO.  Sementara  iuran  ideal  bagi
               penerima bantuan iuran (PBI) senilai Rp36.000.




                                                       Page 40 of 75.
   36   37   38   39   40   41   42   43   44   45   46