Page 30 - BAHAN AJAR SEJARAH REVOLUSI SOSIAL DI TEPI JAKARTA 1945-1955
        P. 30
     Bahan Ajar Revolusi Sosial di Tepi Jakarta 1945-1955. Untuk Siswa SMA/MA Kelas XI IPS
        d. Revolusi Sosial di Tepi Jakarta 1945-1955 (Akhir Peristiwa
        Gedoran Depok 1945)
          Serangan-serangan yang dilancarkan oleh pasukan NICA
      membuat  para  pejuang  kesulitan  merebut  Depok  dari
      Belanda  dan  NICA.  Depok  masih  berada  di  bawah
      kekuasaan  Belanda  sampai  tahun  1949,  Belanda  sudah
      mengakui kemerdekaan Indonesia. Sejak tahun 1948, orang-
      orang  Depok  yang  mengungsi  ke  Kedung  Halang  mulai
      kembali  ke  Depok  bersama  keluarganya.  Kekuasaan
      Gementee Bestuur Depok pun berakhir orang-orang Depok
      yang  mengungsi  di  Kedung  Halang  ketika  terjadinya
      peristiwa Gedoran Depok 1945 diberi pilihan untuk ikut ke
      Belanda atau tetap menetap di Depok.
              Pada  8  April  1949,  pemerintah  Republik  Indonesia
      mengeluarkan  keputusan  tentang  penghapusan  tanah
      partikelir  di  seluruh  Indonesia.  Pada  15  Oktober  1951
      diadakan  pertemuan  antara  Residen  Bogor  dengan  J.M.
        Jonathans,  ketua  Gementee  tanah  partikelir  Depok.
      Pertemuan tersebut membahas tentang kesepakatan, bahwa
      tanah  partikelir  Depok  kepada  pemerintah  Republik
      Indonesia.
                Pada  7  Desember  1949  Gementee  Bestuur  Depok
      berakhir,  tetapi  J.M.  Jonathan  masih  menjadi  presiden
      sampai  tahun  1949.  Lebih  tepatnya  JM.  Jonathan  menjadi
      presiden  terkahir  sampai  tahun  1949,  dan  menjadi  ketua
      Gementee  Bestur  Depok  dan  ketua  Yayasan  Lembaga
      Cornelis Chastelein sampai tahun 1952. Semua peristiwa ini
      berakhir setelah pergolakan bambu runcing di Depok tahun
      1955 berakhir.
    Revolusi Sosial di Tepi Jakarta 1945-1955                                                             23





