Page 445 - BUKU PERDEBATAN PASAL 33 DALAM SIDANG AMANDEMEN UUD 1945
P. 445

Susanto Polamolo
            Elnino M. Husein Mohi
            PERDEBATAN PASAL 33
            DALAM SIDANG AMANDEMEN UUD 1945


                  Politik memang bisa, dan selalu, menipu. Orang banyak,
            yang lemah status sosial-politiknya, mudah pula ditipu. Dan, kita
            puas melakukan penipuan demi penipuan selama Indonesiaku
            berdiri.  Tapi, mengapa  Tuhan pun kita tipu? Di mana nafsu
            muthmainah,  kecenderungan  mulia,  dan  agung  dalam  hidup
            kita? Mengapa kebudayaan tidak memberinya tempat? Mengapa
            politik membunuhnya? 174
                  Tepat di situ, jika hari ini politik masih dapat dimaknai sebagai
            kerja-kerja nyata memperjuangkan keadilan sosial, maka, semua
            harus bahu-membahu memperjuangkan keadilan di semua
            lapangan penghidupan rakyat, itulah inti dari pembangunan
            ekonomi—ia meliputi keseluruhan aspek kehidupan rakyat.
            Karena rakyat  yang memberi kuasa kepada kita  wakil rakyat,
            maka, sebagai rakyat yang memiliki kuasa, kita harus pula siap
            mempertanggungjawabkannya. Mari kita ingat dalam-dalam
            pesan Hatta berikut:
                  “…kedaulatan rakyat memberi kekuasaan  yang tertinggi
            kepada rakyat, tetapi juga meletakkan tanggungjawab  yang
            terbesar.  Dasar  pemerintahan  yang  adil  ialah,  siapa  yang
            mendapat kekuasaan dia itulah yang bertanggungjawab”. 175


                                        ***











            174  Mohammad Sobari, Indonesiaku, Kompas 14 Mei 2006.
            175  Pidato Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden dalam permusyawaratan Pamong Praja di
               Solo, 7 Februari 1946.


                                       384
   440   441   442   443   444   445   446   447   448   449   450