Page 322 - BUKU LIMA - DINAMIKA DAN PERANAN DPR RI DALAM MEMPERBAIKI KEHIDUPAN BERNEGARA PADA ERA REFORMASI 1998-2018
P. 322
SEABAD RAKYAT INDONESIA
BERPARLEMEN
dan Hatta Rajasa dan Koalisi Indonesia Hebat (KIH) yang berisi fraksi-
fraksi sebelumnya menjadi pendukung Calon Presiden dan Calon Wakil
Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla. KMP terdiri dari Partai Golkar,
Partai Gerindra, Partai Keadilan Sejahtera, Partai Amanat Nasional,
dan Partai Persatuan Pembangunan. Sedangkan KIH terdiri dari
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Kebangkitan Bangsa,
Partai Nasdem, dan Partai Hanura. Meski begitu, ada satu partai yang
memilih untuk tidak menjadi bagian dari dua koalisi tersebut yaitu
Partai Demokrat. mereka menyatakan ketidakikutsertaannya dalam
koalisi adalah sebagai penyeimbang. 396
Kembali kepada dua koalisi partai-partai yang ada di DPR, KMP
dan KIH. Pada kenyataannya, koalisi partai-partai tersebut ternyata
tidak berlangsung lama. Tidak lama setelah pemilihan Presiden 2014,
terjadi perpindahan dukungan dari partai-partai yang tadinya berada di
KMP menuju ke KIH. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, pada
mulanya Partai Persatuan Pembangunan (PPP) adalah bagian dari KMP.
Meski begitu, sejak Oktober 2014, partai ini kemudian mengalihkan
dukungannya kepada Presiden terpilih, Joko Widodo. PPP pun
berpindah koalisi menjadi bagian dari KIH. Kurang dari setahun setelah
perpindahan dukungan PPP tersebut, pada bulan September 2015,
giliran Partai Amanat Nasional (PAN) yang menyatakan dukungannya
kepada pemerintah. Hal ini tentu saja mulai menggoyahkan kekuatan
KMP, karena sebelumnya koalisi ini bisa menguasai parlemen.
Goyahnya kekuatan KMP baru benar-benar terasa pada bulan Januari
2016. Pada bulan tersebut Partai Golkar menyatakan dukungannya
terhadap pemerintah dan kemudian bergabung dengan KIH setelah
sebelumnya berada di KMP. Perpindahan PPP, PAN dan Partai Golkar
ini bisa dibilang membuat limbung KMP. Hal ini dikarenakan KIH dan
Pemerintah yang tadinya hanya memiliki suara minoritas di parlemen
(37,14%) jika dibandingkan dengan KMP yang mayoritas (47.56%)
berubah menjadi mayoritas dengan memiliki 66,01% suara di parlemen.
Hal ini tentu saja sangat menguntungkan pemerintah yang berkuasa
karena proyek-proyek pemerintah yang sedang berlangsung akan
lebih mudah disetujui oleh DPR.
Selain pembentukan Fraksi dan Koalisi, seperti yang disebutkan
di atas, dibentuk juga Alat Kelengkapan Dewan (AKD). Pembentukan
AKD tersebut sudah tentu berjalan dengan alot karena diwarnai
dengan perdebatan antara para anggota agar aspirasi mereka
396 Lihat Indra Pahlevi. 2015. “Fungsi Representasi DPR…”, ibid., hlm. 5-7.
dpr.go.id 320

