Page 57 - MAJALAH 92
P. 57
SOROTAN
foto:internet/nextindonesia.com Swasembada Pangan
Menyinggung gagalnya swasem-
bada pangan, Firman menegaskan,
setahun yang lalu sempat mengatakan
kepada Menteri Pertanian bahwa
ia pesimis Indonesia tidak mampu
swasembada pangan dan ternyata
betul dia sudah membuat pengu-
muman dan mengadakan konferen-
si pers permohonan maaf dengan
alasan karena anomali iklim. “Inikan
namanya dagelan. Penyebabnya de-
ngan alasan macam-macam, karena
anomali iklim. Saya bilang kita jangan
berargumentasi tentang anomali iklim
ternyata Indonesia merupakan negara mampu menyelesaikan persoalan ke- dan jangan berargumentasi masalah
pengimpor terbesar di dunia, dan di- tahanan pangan. lahan,” tegasnya.
tuduh sebagai penyebab instabilitas “Sekarang total cadangan angga- Firman menambahkan, tidak ada
harga pangan dunia. ran kita untuk pangan sebesar Rp 41,9 istilah berargumentasi tentang iklim,
Persoalan pangan, lanjut Firman, triliyun, sementara ada cadangan karena yang namannya iklim itu ha-
merupakan persoalan yang funda- tambahan lagi Rp 2 triliyun artinya nya Allah SWT yang tahu. Maka se-
mental dan menjadi amanat konsti- sudah mencapai Rp 51,9 triliun,” ka- buruk-buruknya iklim atau perubahan
tusi, Pasal 33 yang berbunyi sumber tanya. Sedangkan untuk memperbaiki alam yang ada di Indonesia itu tidak
daya alam dan segala isinya dikuasai infrastruktur, lanjutnya, kalau ingin sejelek di Eropa, karena yang terjadi
negara dan dikelola sebesar-besarnya membangun secara bertahap konon sekarang ini merupakan pergantian
untuk kemakmuran rakyat. hanya membutuhkan Rp 1 triliyun. musim saja.
Firman menegaskan, Indonesia Firman Subagyo mengatakan, “Yang penting bagaimana kita
merupakan negara agraris dimana pemerintah selalu mengatakan tidak tinggal memantaunya, kerjasama
pernah mengalami sukses dengan ada kebijakan tentang impor be- dengan badan metrologi, kemudian
program swasembada pangan pada ras, ternyata kondisi real sekarang ini kita antisipasi tentang irigasi, jadi kata
tahun 1988, namun yang menghe- Badan Urusan Logistik (Bulog) menye- kuncinya irigasi. Kalau irigasi itu ter-
rankan saat ini hanya menjadi impor- diakan yang namanya beras miskin bangun dengan baik, waduk-waduk
tir saja, karena itu harus dicari titik (Raskin) dalam kurun waktu 3 tahun diperbaiki dan air itu bisa dialirkan ,
persoalan utamanya. anggaran sudah mencapai Rp 43 tri- saya kira tidak ada masalah,” kata
“Persoalannya diantaranya bahwa liyun, pertahun mencapai Rp 17 trili- Firman.
kebutuhan pangan nasional kita itu yun. Sementara untuk subsidi pupuk Selain itu, lanjutnya, persoalan
sangat tergantung kepada makanan urea itu dalam kurun waktu 3 tahun semakin kompleks dikarenakan UU
pokok yaitu beras. “Kebutuhan kita ini mencapai Rp 37 Triliyun. No.41 tahun 2009 tentang Perlin-
itu 35 juta ton per tahun, sekarang “Kalau dihitung-hitung subsidi dungan Lahan Pertanian Berkelanju-
ini menjadi kebutuhan nasional kita,” pupuk urea yang notabene merusak tan, sampai sekarang PP-nya belum
terangnya. unsur kesuburan lahan, seharusnya keluar sehingga sampai hari ini yang
Dari 35 juta ton itu hampir 55% sudah mulai ada kebijakan untuk namanya Bupati, Walikota itu terus
penyanggahnya masih dari Pulau mengurangi, sehingga jika dikom- membuat konvensi lahan pertanian
Jawa, Sementara data IPB tahun 2010 pensi penggunaan pupuk organik dan untuk kepentingan mereka karena
luasan irigasi untuk pertanian total- pupuk hayati yang bisa mengemba- memang tidak ada sanksinya.
nya mencapai 2,3 juta hektar, namun likan kesuburan lahan,” ujarnya. “Buat apa sekarang DPR RI susah-
dari 2.3 juta hektar yang irigasinya Terkait, anggaran Bulog kedepan- payah membuat undang-undang
secara teknis berjalan normal hanya nya, perlu kita revisi postur anggaran- kalau pemerintah tidak menindak-
11% yang bisa teririgasi air. nya yang diarahkan untuk perbaikan lanjutinya dalam bentuk Peraturan
Dia mengemukakan, pemerintah irigasi-irigasi teknis. “Kalau itu di- Pemerintah (PP). Ini yang menjadi
selalu mengambil pola kebijakan pe- lakukan secara bertahap tentu- persoalan tersendiri, oleh karena itu
nyelesaian masalah pangan dengan nya akan menyelesaikan persoalan jangan salahkan DPR RI. Kalau DPR
cara yang instan yang ternyata tidak krisis pangan nasional,”ujarnya. RI sekarang sudah bekerja maksimal
| PARLEMENTARIA | Edisi 92 TH. XLII, 2012 |