Page 58 - MAJALAH 92
P. 58
kemudian Undang-Undangnya sudah
diundangkan seperti UU No. 13 tahun
2010 tentang Hortikultura tidak ada
tindak-lanjutnya,” katanya.
Terkait penambahan Raskin oleh
Bulog, Firman meminta, sudah bicara
dengan Bupati, dengan Gubernur,
dengan Kepala Desa, kalau seandai-
nya Raskin itu tidak diselenggarakan
dapat diakumulasikan dalam bentuk
pembangunan infrastruktur pedesaan.
“Memang dampaknya pasti akan ter-
jadi kelaparan, tapi jawaban mereka
semuanya mengatakan bahwa tidak
ada yang kelaparan. Ini memang per-
lu ada penataan ulang secara serius,” foto:internet/kangen-ndeso.blogspot.com4
ujarnya. katkan produksi saya rasa sangat luar kong, sagu dan sebagainya.
Oleh karena itu saya setuju pan- biasa,” ungkapnya. “Persoalannya adalah sekarang ini
dangan dan pendapat bahwa yang Efektif dan tidak efektifnya de- di Papua-pun sudah dirubah harus
namanya Badan Perencanaan Pem- ngan anggaran sebesar Rp 51,9 triliyun makan beras, ini siapa yang buat kon-
bangunan Nasional (Bappenas) di- itu, Firman mengatakan dapat efektif sep. Coba bayangkan, kalau mendis-
fungsikan kembali sehingga Rencana ketika anggaran dipakai untuk mem- tribusikan beras dari Papua sampai ke
Strategi (Renstra) pembangunan dik- bangun infrastruktur dan penguatan pucuk-pucuk gunung yang menggu-
endalikan oleh mereka. “Sekarang ini, infrastruktur pedesaan seperti untuk nakan helikopter berapa harga beras
Bappenas tidak berfungsi. Tentunya jalan usaha tani, mekanisasi peralatan. perkilonya, yang jelas mahal sekali. Ini
ini yang menjadi konsen kita, karena “Ini harus menjadi perhatian dari kita juga yang harus menjadi perhatian,”
kalau melihat data dunia kecender- semua,” katanya. ujarnya.
ungannya akan terjadi krisis pangan Langkah berikutnya, yaitu segera
dunia, dimana salah satu penyebab- Cluster base melakukan subsidi pangan. Pasalnya,
nya adalah Indonesia yang sudah Firman mendesak pemerintah devisa kita sudah terkuras habis un-
dicap sebagai negara pengimpor segera membangun sektor pertanian tuk mengimpor bahan baku pangan
terbesar, sebagai warga negara In- berdasarkan cluster base. “Jadi kita seperti susu, gula, kedelai, jagung,
donesia saya merasa malu dan sedih harus melakukan klasterisasi dengan gandum, beras. Kenapa sekarang kita
serta jengkel,” katanya. melihat peta kemampuan wilayah tidak melakukan subsittitusi gandum
Pada kesempatan itu, Firman masing-masing. Katakanlah kalau kita dikurangi. “Itu semua tergantung Ke-
meminta pemerintah jangan mem- mau swasembada daging, swasem- menterian Perdagangan dan Menko
buat kebijakan-kebijakan yang hanya bada daging itu tidak bisa lari dari Perekonomian. Sekarang ini garam
mengedepankahan kepentingan ke- wilayah timur,” ujarnya. Persoalannya, impor, jagung impor, kedelai impor,
lompok atau kepentingan pribadi se- lanjutnya, kebijakan berada di peme- susu impor, gandum impor, kita ini
mata. “Saya khawatir kalau yang na- rintah, bukan di DPR RI, ketika DPR RI pernah ada yang namanya komoditas
manya impor beras itu dalam rangka membuka klasterisasi di wilayah timur, unggulan,” tegasnya.
fund ricing orang-orang tertentu pemerintah menolaknya. Artinya, ka- Dia mengatakan, pemerintah tidak
untuk kepentingan pemilu. Coba lau kita mau membangun skala yang pernah serius menangani persoalan
bayangkan, jika tiba-tiba muncul Rp besar itu harus berdasarkan klasteri- ketahanan pangan. Karena memang
5 triliyun diajukan, sekarang konon sasi dan kemampuan daerah, dan po- lintas sektor ini tidak bekerjasama
katanya di Badan Anggaran (Bang- tensi wilayah. dengan baik, besarnya ego sektoral
gar) DPR RI disetujui Rp 1,9 triliyun Berikutnya mengenai masalah membuat sulitnya penerapan dari
tapi sekarang ini saya mendengar tadi pangan, Firman menjelaskan, kita suatu kebijakan. “Ego sektoralnya
untuk cadangan tambahan Rp 2 trili- jangan membudayakan atau meng- itu ditanggalkan bicara kepentingan
yun. Uang Rp 2 triliyun tidak sedikit, klaim bahwa yang namanya makanan bangsa dan negara susah. Ini harus
kalau uang Rp 2 triliyun kita berikan pokok itu adalah beras, kita harus mu- ada keberanian presiden memanggil
ke Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi lai membudayakan makanan-maka- para pembantu-pembantunya untuk
Selatan, Sumatera Selatan, kita beri- nan lokal dan kita hidupkan kembali duduk bersama-sama,” ujarnya.(iw/
kan tanggungjawab untuk mening- budaya yang makan jagung dan sing- spy/si)
| PARLEMENTARIA | Edisi 92 TH. XLII, 2012 |