Page 60 - MAJALAH 87
P. 60
tlet yang berhasil membuat
berkumandangnya lagu Indo-
Anesia Raya dan berkibarnya
bendera merah putih di ajang olah Internet/badmintonclub.webng.com
raga terbesar dunia, Olympiade ini
ternyata masih memberi perha-
tian pada perkembangan olah raga
di tanah air. Jawabannya tentang
mandeknya prestasi atlet bulutangkis
dan belum naik peringkatnya prestasi
olah raga Indonesia diwarnai ekspresi
kegusaran dan keprihatinan.
“Disini tidak seperti di China yang
begitu serius mengejar prestasi olah
raga, sejak kecil para atlet berbakat
sudah diambil alih negara untuk di-
bina dan itu keluarga sudah lepas
tangan karena sudah pasti jadi anak
negara,” demikian Susi Susanti, Ratu
Badminton Indonesia menjawab per-
tanyaan Parle ditengah kesibukannya
siang itu di kawasan Jakarta Utara.
Menurutnya paradigma pem-
binaan atlet baik ditingkat pusat
maupun di daerah sejauh ini belum
berubah banyak, kalau dulu atlet di-
godok sebulan sebelum pertandi-
ngan sekarang sedikit lebih panjang
tapi belum cukup untuk melahirkan
atlet kelas dunia yang akan menjuarai
ajang Asian Games atau Olimpiade.
“Kalau ada kompetisi baru ada per-
hatian, gak mungkin dong. Juara itu
cuman satu kan, ia diminta menga-
lahkan sekian orang dari seluruh du-
nia gimana mungkin membentuknya
dalam satu atau beberapa bulan,”
imbuh atlet yang berhasil menjuari
kejuaraan dunia badminton yunior
sebanyak lima kali.
Ia bersyukur pada saat mengawali
karir sebagai atlet badminton orang Susi Susanti saat mendapatkan mendali emas pada ajang tournament bulutangkis internasional
tua dan keluarga besarnya sangat bagai atlet bukan dibangun dua bulan Cabang olah raga badminton di
mendukung. Pamannya yang saat itu jadi, tapi bertahun-tahun semua dibi- tanah air beruntung memiliki bebe-
memiliki klub di Tasikmalaya, Jawa ayai keluarga,” paparnya. Susi melihat rapa klub yang didukung pengusaha
Barat berhasil meletakkan dasar-dasar sendiri banyak atlet muda berbakat ti- yang punya komitmen tinggi dalam
badminton yang benar sejak dini. Se- dak dapat meraih prestasi yang lebih memajukan olah raga. PB. Djarum,
cara finansial orang tuanya juga mam- tinggi karena kendala keterbatasan Jaya Raya, Mutiara, termasuk klub
pu mendukung seluruh pembiayaan dana, keluarga tidak mampu mendu- besar yang menyediakan program
pelatihan, mengikuti beragam jenjang kung. Para calon bintang ini akhirnya bea siswa bagi anak-anak berbakat.
pertandingan mulai dari kejuaraan gagal bersinar ke tingkat yang lebih Beberapa pemain yang berhasil men-
antar kampung sampai antar klub, tinggi, karena negara tidak punya ke- juarai kompetisi antar klub akhirnya
termasuk pemenuhan aspek gizi bagi bijakan yang memadai untuk mendu- dijaring pemerintah menjadi pemain
seorang atlet yunior. “Karir saya se- kung mereka. nasional. Dalam kacamata peraih Wall
| PARLEMENTARIA | Edisi 87 TH. XLII, 2011 | 61