Page 43 - MAJALAH 152
P. 43
dalam batas yang wajar. Seperti misalnya gelar juara kelas selalu
berenang di sungai terlalu lama, sehingga diraihnya. Namun jika tidak
membuat mata merah dan muka pucat. menjadi juara 1, paling
Imbasnya, ia mendapat ‘hukuman’ rendah juara 3 di kelas. Selain
cubit dari ibunda. Bahkan, akibat semangat dari murid-murid,
bermain prosotan, hingga menyebabkan guru-guru pun tak menyerah
celananya menjadi berlubang. ‘Hukuman’ dengan keterbatasan fasilitas
pun harus kembali diterima Marwan. yang ada.
Namun menurutnya hal itu menjadi “Dulu, buku hanya dari
masa kecil yang mengasyikkan. PN Balai Pustaka. Enggak foto : Andri/iw
Menjalani sekolah di kampung sebanyak buku sekarang.
dengan fasilitas yang cukup minim, tak Bukupun terbatas hanya ada
membuat pria kelahiran Way Tuba, 18 di perpustakaan. Tapi semangat kita luar tersendiri dari hal itu, yang menyebabkan
Maret 1976 itu patah arang. Bahkan biasa, ditambah dengan guru-guru pada dirinya memiliki banyak waktu untuk
Marwan mengaku, selama menjalani era itu guru yang militan yang dikirim belajar. Sehingga gelar juara kelas
sekolah tingkat dasar hingga menengah, oleh pemerintah saat itu ke sekolah- pun selalu diraihnya. Dukungan dari
sekolah Inpres itu yang mendorong kakak-kakak yang juga merantau, turut
Lulus dari Fakultas kita luar biasa belajarnya. Kemudian membuat Marwan semakin semangat.
kita selalu mencontoh ke kakak, yang Menurutnya, ‘dikirimnya’ ia dan
Teknik UI, Marwan kebetulan kakak-kakak saya juga juara di saudara-saudaranya ke kota, selain
bergabung dengan sekolah,” ungkap Marwan. mendapat pendidikan yang lebih baik,
Memasuki jenjang sekolah merupakan misi ayahnya agar anak-
salah satu perusahaan menengah, Marwan ‘terpaksa’ anak belajar kemandirian. Karena
energizer dari melanjutkan pendidikannya di ibukota dengan merantau itulah, ia dan seluruh
provinsi, Bandar Lampung. Ia pun saudaranya belajar mengelola tugas
Amerika. Namun terdaftar di SMP Negeri 6 Bandar bersama maupun pribadi.
tak lama kemudian, Lampung, dan kemudian dilanjutkan Kemandirian dan semangat
di SMA Negeri 3 Bandar Lampung. belajar Marwan, mengantarkan dirinya
Marwan pun merintis Melanjutkan sekolah di ibukota provinsi masuk ke Fakultas Teknik Mesin,
usaha sendiri seperti diakui Marwan menjadi tradisi di Universitas Indonesia, Depok melalui
keluarganya, termasuk pada saudara jalur undangan PMDK (Penelusuran
katering, agen beras, kandung Marwan. Karena kala itu, Minat dan Kemampuan). Merantau ke
dan beberapa usaha sekolah-sekolah menengah terbaik ada kota besar, Marwan dihadapkan pada
di ibu kota provinsi. penyesuaian lagi. Masa karantina atau
lainnya. Mayoritas “Kami berasal dari keluarga petani, matrikulasi selama satu bulan, membuat
keluarga besarnya yang artinya kehiduan di kota besar tentu Marwan kenal dengan banyak mahasiswa
untuk ukuran seorang petani seperti ayah dari berbagai daerah.
yang memiliki kebun saya itu bukan hal yang ringan untuk “Sebagai mahasiswa dari daerah,
karet dan industri membiayai enam anak. Tetapi karena tentu bagi saya pengalaman yang
semangat untuk memperoleh pendidikan berkesan adalah bisa ketemu dengan
pengolahan di Way terbaik, kami dikirim oleh orang tua kami teman-teman seluruh Indonesia. Selama
Kanan, Lampung, setiap setelah lulus SD, untuk sekolah di masa karantina, kami dikumpulkan
ibukota provinsi,” kenang anak keempat dari seluruh Indonesia. Nah itulah kita
juga turut memantik dari enam bersaudara itu. mengenal berbagai suku di Indonesia.
Pindah ke ibukota provinsi, Marwan Kita belajar nasionalisme, kebangsaan
semangat Marwan
mengaku membutuhkan waktu untuk dan persiapan diri untuk memasuki
untuk berkecimpung beradaptasi. Bahkan, Marwan sempat kuliah,” ujar Marwan.
di dunia usaha. mengalami masa-masa kuper (kurang Masa kuliah di UI dijalani dengan
pergaulan, RED). Namun, ada hikmah padatnya berbagai kegiatan. Selain
Edisi : 152 TH. XLVII 2017 n PARLEMENTARIA | 43

