Page 37 - MAJALAH 162
P. 37
PROFIL
Saya mungkin termasuk orang yang tidak di sekolah-sekolah swasta yang Masa Sekolah
memiliki target khusus. Saya mengalir menerapkan disiplin tinggi. Namun selain Memasuki masa remaja menjelang
begitu saja,” aku Indra. faktor ekonomi, tradisi di keluarga kami dewasa, Indra pun tumbuh sebagai
lebih mengutamakan sekolah di negeri pemuda yang aktif. Berbagai organisasi
Masa Kecil lebih dulu. Jadi ya terpaksa saya kubur kepemudaan di lingkungan tempat
Sebelum lebih jauh berbicara ikhwal dalam-dalam keinginan saya untuk tinggalnya pun diikutinya. Bahkan Indra
tugas dan jabatan barunya tersebut, Indra bersekolah di swasta tersebut,” akunya. pun sempat menggeluti olahraga beladiri
pun menceritakan masa kanak-kanaknya Sementara dalam mendidik kelima karate, Merpati Putih. “Saat itu saya
yang terbilang cukup bahagia. Betapa anaknya, baik Abubakar Saleh maupun memang lebih suka olahraga yang keras,
tidak, dilahirkan di tengah kota lengkap Nurhayati sepakat, selain sekolah, olahraga beladiri yang terlihat ‘laki-laki’
dengan segala fasilitas ibukota sejatinya pendidikan agama seperti sholat dan banget,” ucap Indra.
apa yang dibutuhkan dan diinginkan mengaji menjadi dua hal yang tidak bisa Terlebih lagi, lanjut Indra, masa-masa
Indra sudah tersedia di dalamnya. ditawar-tawar lagi oleh kelima anaknya. remaja merupakan masa pencarian jati,
Sayangnya, sebagai “anak tengah” Masih diingat Indra usai pulang dimana adrenalinnya terpacu untuk
alias anak ketiga dari lima bersaudara, sekolah di siang hari ia diwajibkan untuk melakukan sesuatu yang menantang.
dimana sang ayah, Abubakar Saleh sholat dzuhur, dilanjutkan dengan makan “Dengan kata lain, saat itu saya seperti
merupakan seorang PNS yang tingkat siang. Sore menjelang malam, bersama teman-teman lainnya sedang bandel-
kesejahteraannya saat itu belum sebaik kedua kakak plus teman-temannya, bandelnya lah,”akunya diiringi tawa.
saat ini, apa yang diinginkannya tak lantas ia pun harus pergi mengaji. Begitupun Tak jarang Indra berkelompok
diamini kedua orangtuanya. Pasalnya, ketika malam hari sebelum tidur, kedua bersama teman-temannya membuat
Sang ibu, Nurhayati harus membagi-bagi orangtuanya selalu mengawasi sang sebuah kegiatan, termasuk mendaki
penghasilan suami untuk kelima anaknya anak untuk mengerjakan PR alias gunung dan kegiatan sejenis lainnya. Hal
plus kebutuhan hidup keluarganya. pekerjaan rumah, sambil mempelajari itu diakuinya membuatnya lebih eksis.
“Saya kan lama tinggal di Bintaro, pelajaran yang akan dibahas esok Karena lebih merasa asik berkumpul
di lingkungan kompleks. Di kompleks hari di kelasnya. Tak heran jika nilai di bersama teman-temannya sesama
kan banyak keluarga dengan beragam sekolahnya cukup membanggakan. laki-laki itu jugalah Indra lebih memilih
ekonomi. Keluarga dengan anak sedikit Walau begitu, kehidupan di masa melanjutkan pendidikan alias kuliah di
ya tentu bisa punya ini itu. Sedangkan kanak-kanaknya itu bukan tanpa cela. Fakultas Teknik Sipil di Institut Sains dan
keluarga yang anaknya banyak seperti Selazimnya anak-anak seusia Indra, Teknologi Nasional (ISTN). Indra pun
keluarga saya, jika ingin sesuatu ya ia pun pernah melakukan beberapa aktif dalam organisasi kemahasiwaan
tidak bisa langsung didapat atau dibeli. kenakalan anak-anak. Salah satu yang terutama dalam Senat. “Buat saya
Dengan kata lain kami harus berhemat diakui Indra paling sering dilakukannya berorganisasi adalah tantangan yang
lah. Keadaan seperti itulah yang kami adalah “mencuri” mangga dan jambu membuat saya bergairah,” akunya.
alami saat itu. Namun, Alhamdulillah saya milik tetangga sebelah rumahnya. Sebagai seorang aktivis di
tidak sampai pada satu titik kehidupan “Bukan karena tidak pernah di- kampusnya, ketika itu, tentu tidak
yang sangat sulit. Meski kehidupan PNS kasih sih, tapi lebih kepada kenikmatan sedikit mahasiswi yang mulai mencoba
saat itu (tahu lah) berapalah gajinya. yang berbeda jika mengambil mangga mencuri-curi pandang. Sayangnya, saat
Belum lagi, keluarga saya dengan 5 atau jambu langsung dari pohonnya, itu tak ada satu wanita pun yang berhasil
orang anak yang kesemuanya sedang walaupun itu pohon tetangga,” tawa pria meluluhkan hati Indra. Bagi kedua
membutuhkan biaya yang tidak sedikit,” kelahiran Jakarta 14 November 1966 itu. orangtua Indra, sikap Indra yang demikian
papar Indra. Lucunya, pernah suatu hari, saat Ia tentu malah menggembirakan. Paling
Karena itu pula, lanjut Indra, ia dan dan teman-temannya tengah memanjat tidak, orangtua Indra tidak perlu khawatir
keempat saudaranya sejak Sekolah pohon tetangga, tiba-tiba si empunya sang anak akan “merusak” nama baik
Dasar hingga Sekolah Menengah rumah keluar. Seketika Indra dan teman- keluarganya. Sekalipun mereka meyakini
lebih memilih bersekolah di sekolah temannya turun dan lari tunggang mendapat kepastian bahwa Indra akan
negeri, yang notabene sekolah dengan langgang. Untungnya, tetangga tadi tidak menyelesaikan perkuliahan dengan tepat
anggaran negara. Sehingga tidak banyak mengadukan peristiwa tersebut kepada dan cepat.
membutuhkan biaya. kedua orang tua Indra. “Kalau ngadu, wah “Bahkan saat itu saya agak sedikit
Diakui Indra, bahkan tak jarang ia bisa dimarahi habis-habisan saya waktu anomali terhadap teman-teman wanita.
telat membayar uang sekolah. Karena itu,” akunya. Buat saya saat itu komunitas atau
saat itu orang tua Indra harus membayar Indra menjelaskan, meski sedikit kelompok teman-teman laki-laki lebih
kebutuhan lain yang lebih urgent. membebaskan anak-anaknya untuk mengasyikkan, lebih membanggakan.
Walaupun kemudian sang ibu langsung memilih jalan hidupnya masing-masing, Berada di tengah komunitas pria,
membayarnya. Sehingga bisa dikatakan, namun sang ayah selalu menerapkan mengerjakan kegiatan laki-laki, membuat
saat itu kedua orangtua Indra memang kedisiplinan. Terutama dalam tiga hal saya lebih merasa eksistensi saya
menggunakan skala prioritas. Kesehatan tadi, yakni sholat, mengaji dan sekolah. tersalurkan dan terjaga dengan baik,”
dan Pendidikan menjadi dua prioritas Tak ayal sikap disiplin yang diajarkan paparnya.
yang diutamakan kedua orangtua Indra. sang ayah itu tertanam dalam diri Indra, Indra mengaku, sejatinya ia ingin
“Saya sih saat itu ingin juga sekolah dan terbawa hingga saat ini. sekali kuliah di luar negeri seperti
162 XLVIII 2018 PARLEMENTARIA 37

