Page 57 - MAJALAH 132
P. 57

ribadinya begitu ramah dan   adalah sulung dari tiga bersaudara. Adik   juga di Madrasah Ibtidaiyah Ma’rif Is­
                   sederhana.  Tuturnya jelas,   pertamanya perempuan wafat karena   lamiyah, Kertosono, Gresik. Pagi belajar
                   apa adanya. Ia juga sosok yang   sakit. Tak ada upaya pengobatan maksi­  di SD, sorenya di madrasah ibtidaiyah.
            Psangat religius. Inilah Jazilul   mal yang bisa dilakukan waktu itu, kare­  Pengetahuan umum seperti sejarah jadi
            Fawaid, Anggota F­PKB DPR RI. Bicara   na di kampungnya tak ada dokter atau   mata pelajaran yang sangat disuka Jazil.
            soal dunia pesantren, Jazil adalah sosok   puskesmas.                 Malamnya, ia juga belajar mengaji
            yang tepat untuk diajak bicara. Hampir   Jazil kecil hidup di tengah keluarga   pada sang kakek dan Ayahnya. Nilai­nilai
            separuh hidupnya berada di pesantren.   yang sangat religius. Bersama teman­te­  agama sudah ditanamkan sejak dini oleh
            Kepada Parlementaria, dia berbagi   man kecilnya di kampung, ia suka sekali   keluarganya. Kedua orangtuanya juga
            cerita menarik tentang masa kecilnya   bermain. Sungai dan pantai adalah dua   selalu menanamkan kejujuran. Satu hal
            di kampung dan suka dukanya menjadi   tempat favorit untuk bermain. Berenang   yang tak pernah dilupakan Jazil dari na­
            santri.                           dan memancing ikan hampir menjadi   sihat sang kakek, “Jangan pernah merasa
               Di tengah kesibukkannya yang luar   keseharian masa kecilnya. Bermain bola   rugi saat menolong orang lain.” Nasihat
            biasa, Jazil menyempatkan waktu untuk   juga menjadi kesukaannya. Tak cuma itu,   itu terus membekas hingga kini.
            wawancara eksklusif dengan Parlemen­  Jazil kecil pun sangat kreatif membuat   Setamat SD, Jazil kecil melanjutkan ke
            taria. Sejak dilantik sebagai Anggota   mainan sendiri dari pelepah pisang un­  Pondok Pesantren Ihya’ul Ulum, Gresik
            DPR, Jazil dipercaya menempati kursi   tuk dijadikan sebilah pedang. Senangnya   di bawah asuhan KH. Ma’shum Sufyan.
            Wakil Ketua Badan Anggaran (Banggar)   mengingat masa kecil di kampung.  Di sinilah dunia pesantren mulai dike­
            DPR. Selain itu, ia juga duduk sebagai   Waktu itu, di kampungnya belum   nalnya. Enam tahun lamanya ia meng­
            Anggota Komisi V DPR.             banyak pemilik TV. Untuk mendapat   enyam pendidikan pesantren. Tak hanya
                                              hiburan tontonan TV, Jazil mam­   ilmu agama yang didapat, kemandirian
            MASA KECIL DI BAWEAN              pir ke rumah paman yang kebetulan   hidup juga jadi pelajaran berharga yang
               Bawean adalah pulau kecil di laut   bertetangga. Bila malam tiba, rumah   didapat. Banyak kenangan samasa men­
            Jawa, tepatnya di utara Gresik. Dahulu   pamannya dipenuhi tetangga yang juga   jadi santri. Ia tak suka pada kegiatan lati­
            akses kapal dari Bawean ke daratan   ingin menonton tv ramai­ramai. Aneka   han pidato di pesantrennya, karena me­
            pulau Jawa masih sulit, karena sangat   Ria Safari jadi acara favorit yang disiar­  mang tak biasa bicara di depan umum.
            bergantung pada cuaca. Butuh waktu
            delapan jam ke Gresik dengan kapal.
            Bila ombak sedang besar, dermaga ter­
            paksa ditutup dan warga pun terisolir.
            Umumnya mata pencaharian masyara­
            kat Bawean adalah nelayan dan petani.
            Secara administratif, Bawean masuk Ka­
            bupaten Gresik, Jawa Timur.
               Adalah M. Sunan Hamli, seorang PNS
            pensiuanan guru agama yang dipindah
            dari Pulau Bawean ke Sidayu, Gresik.
            Pagi itu, ia sedang menanti kelahiran
            anak pertamanya bersama istri tercin­
            ta, Insiyah. Minggu pagi, ketika mentari
            sedang bersinar indah, tangis bayi me­
            mecah kesunyian di rumah sederhana.
            Kalender yang tergantung menunjuk­  Foto kenangan di pesantren. Jazil (paling kiri) saat mengaji kitab kuning bersama KH Ma’shum Sofyan
            kan, 5 Desember 1971. Dibantu dukun   kan TVRI. Sesekali ada pula hiburan   Jazil selalu mencari cara agar ia tak
            beranak, lahirlah bayi mungil laki­laki   layar tancap. Kampung dipastikan ramai   mendapat giliran menjadi orator dalam
            yang diberi nama Jazilul Fawaid. Nama   bila layar tancap digelar.   latihan pidato tersebut. Namun, disi­
            islami yang diharapkan banyak menebar   Sementara itu, memulai pendidikan   plin pondok memaksanya ia harus tetap
            manfaat bagi masyarakat.          formalnya, Jazil kecil bersekolah di SDN 1   menghadapi latihan berpidato (muhad-
               Lahir di masa serba sulit. Hampir   Daun Timur, Bawean. Bersama sahabat­  horoh dalam istilah pesantren). Akhirnya
            tak ada fasilitas kesehatan di Bawean.   sahabat kecilnya, ia biasa berjalan kaki   ia terbiasa juga dengan kegiatan mu­
            Bayi mungil yang biasa disapa Jazil itu,   ke sekolah yang jaraknya tak jauh dari   hadhoroh. Menariknya lagi, semasa di
            menjadi pelipur lara kedua orangtuanya.   rumah. Di SD ini hanya dua tahun. Jazil   pesantren, ternyata Jazil pernah terpilih
            Setelah kelahiran Jazil, masih ada dua   kemudian pindah ke Gresik dan melan­  menjadi Ketua Pondok. Semacam ketua
            adiknya yang lahir kemudian. Jadi, Jazil   jutkan kelas III SD sekaligus bersekolah   OSIS di sekolah yang memimpin adik­



                                                                                          EDISI 132 TH. XLV, 2015  57
   52   53   54   55   56   57   58   59   60   61   62