Page 58 - MAJALAH 132
P. 58

Profil




                                                                             fal Al Quran setiap kali semesteran, Jazil
                                                                             pun telat lulus dari almamaternya itu.
                                                                             Ia baru merampungkan kuliahnya pada
                                                                             1998, saat gelombang reformasi bergulir.
                                                                                Sebagai aktivis kampus, Jazil aktif
                                                                             di berbagai organisasi kemahasiswaan.
                                                                             Kapasitas intelektual Jazil juga terus
                                                                             terasah. Selain aktif di senat mahasiswa,
                                                                             Jazil aktif pula di PMII dan perkumpulan
                                                                             mahasiswa Jawa Timur. Berdemonstrasi
                                                                             menuntut perubahan sering ia lakukan
                                                                             bersama kawan­kawan aktivis seper­
                                                                             juangan. Bahkan, Jazil dan kawan­kawan
                                                                             pernah mendemo kampusnya sendiri
                                                                             untuk melalukan pembenahan yang
                                                                             waktu itu dinilainya semraut.
                                                                                Ada dua mata kuliah yang disuka Jazil
                                                                             selama kuliah di PTIQ, yaitu mata kuliah
          Jazil bersama para nelayan di pulau Bawean
                                                                             tafsir dan mata kuliah filsafat. Zainun
          adik kelasnya yang mukim di pesantren.  saja kakek saya pernah menyarankan   Kamal adalah salah satu dosen favorit­
            “Saya dipilih teman­teman, karena   agar saya jadi kiai saja. Jadi kiai itu, kata   nya. Dan di antara para seniornya seal­
          dianggap pemalas dan suka tidur. Sejak   kakek saya, sangat mulia,” ujar Jazil, se­  mamater yang kini sama­sama menjadi
          itulah, saya menyadari pentingnya be­  raya menambahkan, “Ayah saya juga   anggota DPR adalah Mujib Rohmat Ang­
          lajar pidato. Saya juga belajar tanggung   pernah berkata, kalau kamu punya cita­  gota Komisi X dari Fraksi Partai Golkar.
          jawab untuk memimpin santri yang   cita lalu tidak tercapai, nanti bisa putus
          jumlahnya sekitar 500 orang,” cerita   asa,” ungkap Jazil lagi, mengingat pesan  MENJADI POLITISI
          Jazil penuh tawa, mengenang masa lalu   ayah dan kakeknya.            Usai menamatkan studi Hukum Is­
          di pesantren. Dahulu, di pesantrennya                              lam di PTIQ, Jazil berkiprah di Pemuda
          belum ada listrik. Untuk mendapatkan  MASA KULIAH                  Ansor. Kedekatannya dengan kalangan
          penerangan, para santri membayar iu­  Setamat dari pesantren, tahun 1990,   NU, membawanya pada organisasi sayap
          ran Rp 500 per bulan untuk membeli   Jazil muda tampil menjadi pribadi yang   PKB, yaitu Gerakan Pemuda Kebangkit­
          solar mesin diesel sebagai sumber pe­  religius dan matang.
          nerangan.                        B e k a l i l m u d a r i
            Jelang tengah malam, listrik dipa­  pesantren menjadi mu­
          damkan. Baru dinyalakan kembali jelang   tiara berharga dalam
          subuh. Begitulah kondisi pesantren   menapak masa depan­
          tempat Jazil dahulu menuntut ilmu. Kini,   nya. Ia lalu hijrah ke
          pesantrennya sudah kian modern. Tak   Jakarta dan melanjut­
          ada mesin diesel lagi untuk mendapat   kan studi di Perguruan
          penerangan. Listrik sudah tersambung   Tinggi Ilmu Al Quran
          selama 24 jam. Lalu, apa cita­citanya   (PTIQ). Pemuda Jazil
          saat masih di pesantren? Jawabnya, tak   mengambil jurusan
          ada. Tugasnya hanya menuntut ilmu un­  Hukum Islam, sebuah
          tuk menyambut masa depan.        studi yang sangat dekat
            Dengan berilmu, ia menjadi insan   dengan penguasaan il­
          yang mampu menebar banyak manfaat   munya sebagai santri.  Keluarga Jazil bersama Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar
          bagi orang lain. Apalagi dalam tradisi   Di kampus ini, semua mahasiswanya   an Bangsa, tahun 1999 dan menjadi
          di pesantren tak diajarkan bercita­  diwajibkan hafal Al Quran. Setiap kali   Wakil Sekjen. Dunia politik telah mena­
          cita. Ayahanda Jazil pernah berpesan,   menghadapi ujian semester, syaratnya   rik minatnya. Mantan Ketua Komisariat
          menuntut ilmu di pesantren bukan un­  harus hafal minimal dua juz Al Quran.   PMII Jakarta Selatan ini, memiliki ke­
          tuk meraih kekayaan, mendapat peker­  Saat lulus kuliah nanti, diharapkan   dekatan personal dengan Ketua Umum
          jaan, atau kemewahan duniawi.    semua mahasiswanya sudah hafal 30 juz   PKB Muhaimin Iskandar.
            “Untuk itulah saya tak terbiasa ber­  Al Quran. Syarat ujian yang cukup berat   Ketika Muhaimin menjadi Wakil Ke­
          pikir tentang cita­cita sejak kecil. Hanya   bagi Jazil. Karena sering telat mengha­  tua DPR tahun 2006­2009, Jazil adalah



          58  EDISI 132 TH. XLV, 2015
   53   54   55   56   57   58   59   60   61   62   63