Page 9 - MAJALAH 112
P. 9
Simbiosis mutualisme terjadi antara
petugas PPS/PPK dengan caleg curang. Tidak
semua caleg punya akses untuk mengetahui
perolehan suaranya yang riil.
sejak memproklamirkan diri sebagai mengambil suara partai dari pemilih
bangsa merdeka. Di masa ORLA satu yang hanya mencoblos tanda gam-
kali berhasil menggelar pemilu pada bar partai, bukan caleg.
tahun 1955. Memasuki masa ORBA
ada 6 pemilu yang dihelat, yaitu Simbiosis mutualisme terjadi an-
1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan tara petugas PPS/PPK dengan caleg
1997. Tiba di era keterbukaan dan curang. Tidak semua caleg punya
reformasi, pemilu sudah bergulir akses untuk mengetahui perolehan
4 kali pada 1999, 2004, 2009, dan suaranya yang riil. Untuk itu, Rafly
2014. mengusulkan agar hasil penghitu-
ngan suara dilaporkan langsung ke
Pemilu legislatif memang sudah KPU melalu teknik E-Count. Suara
usai. Tapi tentu masih saja menyi- dari tiap TPS masuk ke sistem kom-
sakan masalah klasik. Apalagi kalau puterisasi yang terhubung langsung
bukan kecurangan. Para caleg yang ke KPU, sehingga tak ada celah PPS/
dipastikan terplih tentu sumringah. PPK memanipulasi suara.
Sebagian lainnya mengeluh karena
suaranya terus tergerus dan meng- “Bisa jadi dari 560 anggota DPR
hilang. Kecurangan itu dimulai saat yang terpilih di senayan, banyak di
penghitungan suara di Panitia Pe- antara mereka jangan-jangan tidak
mungutan Suara (PPS) kelurahan terpilih. Tapi, hanya orang-orang
dan Panitia Pemungutan Kecamatan yang merekayasa suara di PPS dan
(PPK). Kelurahan dan kecamatan PPK,” keluh Rafly, saat ditemui
jadi titik krusial kecurangan pemilu. pertengahan April lalu di Jakarta.
Namun, dari sisi penyelenggaraan,
Transaksional selalu menjadi bum- pemilu 2014 cukup baik sepanjang 4
bu pemilu. Banyak caleg tak mam- kali pemilu di masa reformasi. Yang
pu mengawal suaranya hingga ke terburuk adalah pemilu 2009. Pada
PPS dan PPK. Menarik usulan Hanif 2009, kecurangan sangat masif ter-
Sobari, caleg DPD RI dari Banten. jadi dan surat suara tertukar hampir
Menurutnya, perlu ada saksi nasi- di semua provinsi.
onal yang dibiayai negara, bukan
saksi partai seperti yang pernah Politik Uang
diusulkan parpol. Saksi nasional di-
rumah, penyandang disabilitas tempatkan di setiap TPS untuk me- Para caleg mengeluhkan politik
yang tak mungkin hadir ke TPS. laporkan penghitungan suara, baik uang yang kian marak terjadi. Pesta
Wawan meminta panitia men- DPD maupun DPR, langsung ke KPU demokrasi sekaligus jadi pesta tran-
datangi rumahnya selepas waktu pusat. “Dengan begitu, para caleg saksional. Hajrianto Y Thohari, caleg
pencoblosan berakhir pada pukul tak perlu khawatir suaranya akan Partai Golkar melihat, sistem pemilu
13.00. Akhirnya, ketika “ritual” pen- hilang di tengah jalan,” papar Hanif. yang terlalu personal dengan pro-
coblosan berakhir di TPS, panitia porsional terbuka membuat para
pun mendatangi rumahnya untuk Pengamat hukum Rafly Harun, caleg bersaing dengan cara tidak
menyaksikan 3 adiknya penyandang berpendapat, kecurangan yang pa- sehat. Bahkan, mereka cenderung
disabilitas yang tak mau ketinggalan ling sering dilakukan adalah mema- tak peduli dengan perolehan suara
memeriahkan semarak pemilu. nipulasi suara antarcaleg di dalam partainya. Yang mereka pikirkan
satu partai. Para caleg yang membu- hanya perolehan suara untuk diri-
Masyarakat desa selalu antusias ru suara ilegal mendatangi PPS atau nya sendiri.
menyambut pemilu. Selalu ada ke- PPK. Mereka mencari suara sejawat
semarakan setiap kali pemilu dihe- yang sudah tidak mungkin terpilih, Bahkan, caleg dari dapil Jateng IV,
lat. Dan Pemilu kali ini merupakan lalu mengalihkan suara itu untuk itu berani mengatakan, politik uang
yang ke-11 dalam sejarah Republik dirinya. Atau bisa juga sang caleg kali ini dua kali lipat lebih tinggi
PARLEMENTARIA EDISI 112 TH. XLIV, 2014 9