Page 13 - MAJALAH 110
P. 13

LAPORAN UTAMA




            menjadi semakin biasa di lapangan. Dalam pilkades saja,  hal yang berkaitan dengan persoalan pertumbuhan
            pragmatismenya lebih tinggi dibandingkan dengan  penduduk.
            pilpres, pemilihan gubernur, bupati, wali kota, maupun
            legislatif.                                          Saran Anda agar masyarakat cerdas memilih?

              Tapi saya masih punya keyakinan ada beberapa parpol   Yang paling utama harus diakui bahwa pragmatisme
            yang masih mempertahankan ideologinya. Dengan  atau transaksional itu tinggi. Kalau saran saya jangan
            peserta 12 parpol yang ada, kalau tidak dilakukan  memilih orang yang datang hanya transaksional, karena
            perubahan, akan makin tipis idealismenya. Masyarakat  begitu transaksional dia harus mengembalikan modal
            sendiri benar-benar pragmatis. Maka, kalau ada  yang sudah dia keluarkan. Dan itu tidak kecil. Padahal,
            perbaikan UU pemilu, pesertanya tidak terlalu banyak.   kalu dilihat gaji dia yang bisa dikumpulkan per bulan
                                                               tidak lebih dari 25 juta.
              Menurut saya, itu langkah yang cukup baik. Termasuk
            usulan saya, menggunakan sistem proporsional         Nah, kalau dia mengeluarkan dana untuk pemilu
            gabungan dimana 60% dipilih langsung oleh rakyat,  legislatif lebih dari 5 miliar atau 4 miliar, pasti dia harus
            sementara yang 40% berdasarkan daftar urut yang  mengembalikan modal dengan segala cara. Kecuali
            disusun partai. Sistem ini mengurangi jumlah caleg yang  kalau finansialnya sudah berlebihan, maka menjadi
            terlalu banyak yang bertempur di lapangan. Akhirnya  anggota DPR sebagai pengabdian saja.
            pemilu makin mahal.
              Bagaimana dengan caleg baru yang tidak punya
            modal dana dan modal sosial yang minim?
              Sebetulnya dalam sistem seperti sekarang ini, sekadar
            pasang baliho tidak akan efektif. Di baliho tidak tidak
            ada visi misi dan sebagainya. Yang ada biasanya hanya
            foto, nama, dan nomor urut. Padahal, dalam kertas
            suara itu, tidak ada fotonya karena kertas suara itu
            hanya nama saja. Nah, jadi saya harus mengatakan
            bahwa baliho itu tidak terlalu efektif bagi orang yang
            belum dikenal. Tetapi, bagi orang yang sudah dikenal,
            itu hanya sebagai remind untuk mengingatkan kembali.
              Saya melihat, kalau hanya sekadar baliho, iklan, atau
            door to door membagikan stiker tidak akan efektif.
            Yang dibutuhkan jika ingin dipilih rakyat sebenarnya
            ada dua. Pertama, yang sudah mempunyai modal sosial
            dan modal jaringan yang kuat hanya merawat dan
            membina. Tetapi yang belum kuat dan belum dikenal,
            ya mau tidak mau, pragmatisme ini dilakukan. Akhirnya
            transaksional.

              Anda sendiri masih menjadi caleg? Apa saja yang
            sudah disiapkan?

              Ya masih. Kampanye saya mengerjakan tugas sebagai
            anggota DPR saja. Saya betul-betul berkeinginan
            memberikan edukasi kepada publik. Misalnya, sosialisasi
            UU Desa untuk memberikan edukasi kepada perangkat
            desa. Saya yakin kampanye ini jauh lebih efektif, karena
            menyangkut kebutuhan mereka.
                                                                 Menurut Anda rakyat sudah siap belum untuk
              Contoh kedua sosialisasi UU Aparatur Sipil Negara.  menerima ini?
            UU mengenai kepegaiwaian itu ditunggu oleh para
            birokrasi pemerintah di tingkat daerah, karena banyak   Tidak semuanya siap, karena rakyat sendiri
            dari mereka yang belum tahu apa yang telah berubah.  membutuhkan uang jalan ke TPS. Tidak ada uang jalan
            Misalnya, masa usia pensiun, klasifikasi penggolongan  mereka mungkin tidak mau datang ke TPS. (mh, mp) foto:
            dan sebagainya. Jadi, pendekatan yang saya lakukan   iwan armanias/parle.
            selalu memberikan edukasi, termasuk menjelaskan hal-


                                                                             PARLEMENTARIA  EDISI 110 TH. XLIV, 2014  13
   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18