Page 50 - MAJALAH 85
P. 50

tertentu.  karena  itu,  proses  rekruit-
            men  harus  berdasarkan  hasil  kon-
            sultan yang profesional.  Banyak PNS
            direkrut  sebagai  balas  jasa  tim  suk-
            ses bupati dan sebagainya didaerah-
            daerah,”ujarnya.
                Dirinya kurang sependapat apa-
            bila  dilakukan  moratorium  perekru-
            tan PNS secara keseluruhan. Pasalnya
            PNS  masih  dibutuhkan  meski  dalam
            jumlah  yang  lebih  sedikit.  “Bukan
            menghentikan  tapi  diperbaiki  sistem
            rekrutmennya.   Harus   berdasar-
            kan  kebutuhan  bukan  berdasarkan
            yang  lainnya,  hanya  perlu  diperbaiki
            mentalnya,”paparnya.
                Anggota Komisi II DPR dari Fraksi
            Partai  Hanura  Akbar  Faizal  mendu-                Pengambilan sumpah saat pelantikan PNS di  lingkungan Sekretariat DPR
            kung  dilakukannya  moratorium  PNS.
            Karena didaerah, PNS seakan menjadi
            industri bagi kepala daerah. Bahkan ti-
            dak jarang muncul pungutan-pungu-
            tan liar saat rekrutmen PNS berlang-
            sung.  ’’Jangan  lagi  PNS  ini  menjadi
            alat kepala daerah,’’paparnya
                Akbar menyatakan, dengan APBN
            sebesar 1.240 triliun, hampir 70 persen
            beban anggaran digunakan untuk be-
            lanja pegawai. Namun, apakah sisanya
            untuk  pengembangan  infrastruktur?
            Ternyata  tidak,  ada  sejumlah  APBN
            yang pengunaannya masih lepas dari
            kontrol  DPR.  ’’70  persen  untuk  be-
            lanja rutin, lantas berapa untuk rakyat
            langsung,’’tegasnya.


            Tidak Bisa dipukul rata
                Wakil Ketua Komisi II DPR Gan-                                           Anggota DPR Arif Wibowo (F-PDIP)
            jar Pranowo menilai, moratorium PNS   apakah jumlah itu sebanding atau ti-  Menurutnya, sejak 2005 tidak ada
            tidak  bisa  dipukul  rata,  dan  diterap-  dak dengan pelayanan yang dibutuh-  hasil  signifikan  dalam  menekan  laju
            kan  di  seluruh  Kementerian  secara   kan  publik  di  sektor  itu.  Bila  jumlah   pertumbuhan jumlah pegawai. Dalam
            sekaligus, ada ada sektor dan bidang   pegawai  berlebih,  barulah  morato-  pengadaan PNS, lanjut Arif, pemerin-
            mana  saja  yang  diberlakukan  mora-  rium dapat diterapkan.        tah tidak memiliki perencanaan yang
            torium    “Tenaga  guru,  terutama  di   Sementara  Anggota  DPR  Arif   matang dengan rasio sesuai kebutu-
            daerah-daerah,  masih  kurang.  Fakta   Wibowo (F-PDIP) mengatakan, Kepu-  han.  Puncaknya  pengangkatan  tena-
            di lapangan, guru bisa mengajar em-  tusan pemerintah untuk menutup pe-  ga honorer secara massal pada tahun
            pat  pelajaran  sekaligus.  Itu  artinya,   ngajuan  jatah  Calon  Pegawai  Negeri   2005  yang masih belum  tuntas bah-
            rekrutmen PNS di sektor itu masih di-  Sipil (CPNS) 2011, baik di level pusat   kan mencapai 800 ribuan
            butuhkan,”papar Politisi dari PDIP ini  maupun  daerah  berpotensi  memicu   Dia  menegaskan  pertumbuhan
                Oleh  karena  itu,  Ganjar  memin-  masalah  baru.  Sebab,  tidak  diiringi   pegawai yang tidak terkontrol meru-
            ta  kepada  pemerintah  untuk  segera   dengan penataan regulasi dan pena-  pakan  ’buah’  dari  praktik  pengelo-
            mendata  jumlah  pegawai  mereka  di   taan formasi kebutuhan antar instansi   laan  kepegawaian  yang  berorientasi
            berbagai  sektor,  dan  mengevaluasi   atau antar daerah.            kepentingan  politik  kekuasaan  dan




                                                                                                                1


   0                                                                          | PARLEMENTARIA  |  Edisi 85 TH. XLII, 2011 |  1
   0 | PARLEMENTARIA |  Edisi 85 TH. XLII, 2011 || PARLEMENTARIA |  Edisi 85 TH. XLII, 2011 |
                                                                                                   TH. XLII, 201 |
                                                                                        ARIA |
                                                                              |
                                                                                             Edisi 85
                                                                                                             1
                                                                               ARLEMENT
                                                                              P
   45   46   47   48   49   50   51   52   53   54   55