Page 11 - Stabilitas Edisi 204 Tahun 2024
P. 11
perempuan di dalam manajemen puncak senior, menempati peringkat yang lebih meningkatkan kariernya. Di antaranya
memiliki pengaruh yang signifikan tinggi dalam hal keunggulan organisasi adalah minimnya kesempatan yang
terhadap kinerja bank di Indonesia. dibanding perusahaan pesaing mereka. diberikan kepada perempuan, yang
Riset itu menelaah dampak dari Berdasarkan kinerja berjalan pada diakui oleh sekitar 42 persen responden
keberadaan direktur perempuan pada tahun tersebut, perusahaan-perusahaan dalam survei yang mendasari riset itu.
Return On Equity (ROE), Return On Asset itu memiliki daya saing lebih besar 40 Dalam riset itu juga dikatakan bahwa
(ROA), Non Performing Loan (NPL), Loan persen atau lebih. faktor lain yang juga menghambat
to Deposit Ratio (LDR), dan perubahan karier perempuan adalah ketidakjelasan
harga saham. Semua indikator yang Hambatan Karier jenjang karier di perusahaan tempat
dihitung memperlihatkan angka positif Sejatinya pasokan perempuan- bekerja. Responden yang mengakui hal
ketika dihubungkan dengan adanya sosok perempuan hebat di sektor keuangan ini jumlahnya dua kali lipat lebih besar
perempuan di dewan direksi. tidak berkurang. Hampir di semua dibandingkan mereka yang melihat
Sekilas, dari deretan 10 besar terbesar bank, ketika merekrut calon pegawai tanggung jawab keluarga seperti
dalam aset, justru bank-bank semacam baru, jumlah pelamar terbanyak adalah mengurus anak dan keluarga sebagai
OCBC dan Permata yang memiliki perempuan. Kondisi itu berlanjut penghambat dalam berkarier.
Ada sekitar 20 persen eksekutif
Ada sekitar 20 persen eksekutif perempuan perempuan yang mengakui bahwa
yang mengakui bahwa karier mereka karier mereka terhambat ketika sudah
berkeluarga dan punya anak. Hal ini
terhambat ketika sudah berkeluarga dan punya disebabkan karena perempuan kesulitan
anak. Hal ini disebabkan karena perempuan mengatur keseimbangan waktu antara
kesulitan mengatur keseimbangan waktu pekerjaan dan keluarga. Tak hanya itu,
penelitian ini juga menyebutkan karier
antara pekerjaan dan keluarga. perempuan cenderung melambat, 40
persen disebabkan penurunan ekonomi
komposisi direksi perempuan paling saat proses penerimaan dan ketika pada 2008. Krisis ekonomi ini nyatanya
tinggi yaitu 44 persen. Sementara Bank melihat demografi di posisi staf. Namun berakibat pada penurunan karier dan
Mandiri, BRI, dan BCA persentase begitu, ketika memasuki posisi middle ekonomi kaum perempuan, termasuk
direktur perempuannya hanya berkisar management hingga top management, PHK.
di angka 16 persen. jumlahnya menyusut. Jika potret tersebut kita zoom-
Pentingnya kehadiran perempuan Berkurangnya jumlah perempuan in, dan dikaitkan dengan kondisi di
dalam sebuah perusahaan sebenarnya ketika merambat ke posisi yang lebih Indonesia, maka daftar pengganjal
juga sudah disimpulkan oleh sebuah tinggi bisa diartikan bahwa Kaum Hawa karier perempuan akan bertambah. Di
laporan satu setengah dekade lalu yang tidak mampu bertahan dalam seleksi alam antaranya adalah keengganan perempuan
dikeluarkan oleh Catalyst, lembaga global di industri perbankan. Kenapa itu bisa untuk dipindah ke wilayah lain sebagai
yang concern dengan pekerja perempuan terjadi? Jawabannya mungkin ada pada bagian dari tour of duty. Berdasarkan
di perusahaan-perusahaan. “Perempuan sistem di internal bank, atau lebih luas informasi dari para pegiat human capital,
juga merupakan pengubah permainan di lagi, pada sistem budaya di Indonesia. biasanya hal tersebut disebabkan oleh
dalam organisasi,” kata laporan itu. Menurut penelitian yang dilakukan faktor keluarga dan terutama anak-anak.
Menurut riset Catalyst, perusahaan- Accenture, perusahaan multinasional Sangat berat bagi seorang perempuan
perusahaan dalam daftar Fortune yang bergerak di bidang konsultasi untuk meninggalkan keluarga dan atau
500 yang memiliki tiga atau lebih manajemen, ada sejumlah hambatan anak-anaknya ketika harus dipindah ke
perempuan dalam jajaran manajemen terbesar yang dialami perempuan dalam tempat lain.*
www.stabilitas.id Edisi 204 / 2024 / Th.XVIII 11