Page 31 - Potret Perjuangan Bapak Hukum Agraria Prof. Boedi Harsono
P. 31
Oloan Sitorus & Taufik N. Huda
sekitar 17 juta gulden ini kemudian terbengkalai, dan sejak itulah
tanahnya yang subur dibagi-bagikan kepada para penggarap. 7
Perjanjian sewa-menyewa tanah tersebut diperbaharui setiap
tahun.
Tugas Moerhadisastro lainnya adalah menentukan besaran
pajak yang harus dibayarkan petani kepada pemerintah. Caranya
adalah dengan mengambil sampel hasil panen (gabah) dari tiap
petak-petak tanah. Hasil sampel tersebut menjadi dasar berapa
pajak yang harus dibayar petani. Keseluruhan proses tersebut diberi
istilah “mengenil” oleh penduduk setempat. Untuk tugas Moerha-
disastro ini, Boedi juga seringkali diajak menyaksikannya. Sebagai
siswa sekolah dasar, Boedi tidak mengerti kegiatan yang sedang
berlangsung tersebut. Namun dari keseluruhan proses tadi, momen
yang paling diingat dan dinikmatinya adalah saat penduduk desa
mengadakan jamuan makan dan minum. 8
Boedi Muda Mengenyam Pendidikan Dasar
Setelah cukup umur, oleh ayahnya Boedi Harsono kemudian
disekolahkan di Holland-Inlandsche School (HIS) di Kota Kediri. Pada
masa sekarang hampir semua orang bisa mendapatkan pendidikan
dasar dan menengah, namun bagaimanakah keadaan jaman pada
dasawarsa 1920-1930an saat Indonesia masih dalam cengkeraman
Kepohbaru. Beberapa tahun terakhir ini, muncul wacana untuk menjadikan Solo
Valley sebagai cadangan air untuk Kota Bojonegoro. Tak mengherankan memang,
sebab diperkirakan Solo Valley mampu menyimpan 40 juta meter kubik air,
jumlah yang cukup besar dan berarti terutama saat musim kemarau tiba. Diakses
dari www.bojonegoro.go.id, 1 Mei 2009.
7 M. C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 1991). hlm. 233.
8 Boedi Harsono, op.cit. hlm. 9.
18

