Page 33 - Potret Perjuangan Bapak Hukum Agraria Prof. Boedi Harsono
P. 33

Oloan Sitorus & Taufik N. Huda

            Ratu Wilhelmina memerintahkan diadakannya penyelidikan
            mengenai kesejahteraan masyarakat di Jawa, dengan demikian
                                      11
            Politik Ethis resmi dicanangkan.  Ada tiga pokok prinsip kebijakan
            tersebut, yaitu educatie, emigratie, irrigatie (pendidikan, perpindahan
            pendidikan, irigasi). Pokok tujuan khususnya dalam bidang
            pendidikan adalah meluaskan jangkauan pengajaran.
                Sebenarnya perbaikan pendidikan sudah dilakukan Belanda
            sejak akhir abad ke-19. Salah satu yang paling menonjol adalah di
            pendidikan dasar. Pada tahun 1892-1923 Belanda membuka
            sekolah dasar bagi bumiputera. Sekolah ini dibagi menjadi dua
            kategori berdasar tingkatan sosial, yaitu; sekolah Kelas Satu (Erste
            klasse) yang diperuntukkan bagi golongan atas dan sekolah Kelas
            Dua (Tweede klasse) untuk rakyat jelata. Namun secara kuantitatif,
                                                 12
            upaya ini dapat dikatakan kecil-kecilan saja.  Di luar sekolah un-
            tuk bumiputera, golongan Eropa tentunya lebih dahulu menda-
            patkan pendidikan yang baik. Sebagai contoh, adalah Europeesche
            Lagere School (Sekolah Rendah Eropa) yang diperuntukkan bagi
            anak-anak keturunan Eropa, Timur Asing, dan Bumiputera dari
            kalangan bangsawan (dan tokoh-tokoh penting), telah didirikan
                                    13
            pemerintah sejak tahun 1818.  Jadi terdapat dualisme sistem pen-
            didikan di Hindia Belanda, yaitu pendidikan Belanda dan Pribumi.


                11  Selain van Deventer, penelitian juga dilakukan oleh beberapa tokoh seperti
            Kielstra dan D. Fock, semuanya berkesimpulan sama, bahwa rakyat di perdesaan
            sangat miskin, hidup dari hari ke hari, hasil minimum dari tanah yang terpecah-
            pecah, juga upah kerja yang sangat rendah, lihat Sartono Kartodirdjo, dkk, Sejarah
            Nasional Indonesia V (Jakarta: Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1975),
            hlm. 37.
                12  M. C. Ricklefs. op.cit. hlm. 238. Dalam bahasa Jawa, sekolah Erste Klasse
            disebut Ongko Siji, sedangkan Ongko Loro adalah sebutan untuk Tweede Klasse.
                13  Pendidikan di Indonesia 1900-1974  (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), hlm.37.

            20
   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38