Page 37 - Potret Perjuangan Bapak Hukum Agraria Prof. Boedi Harsono
P. 37

Oloan Sitorus & Taufik N. Huda

            yang paling dekat adalah di Madiun. Walhasil Boedi pun kemudian
            berpisah kota dengan orang tuanya untuk bersekolah di Madiun.
            Di kota “Brem” itu ia tinggal di rumah saudara ibunya. 23
                MULO yang didirikan tahun 1924, adalah sekolah lanjutan
            bagi lulusan sekolah dasar dengan bahasa pengantar Belanda. 24
            Lama pendidikannya empat tahun dengan kelas persiapan
            (voorklas) selama setahun. Kelas pendahuluan tersebut ditujukan
            untuk memantapkan penguasaan Bahasa Belanda oleh siswa. Di
            Madiun, Boedi hanya sempat menyelesaikan voorklasnya karena
            kemudian Moerhadisastro dipindahtugaskan ke Blitar. Ini alamat
            yang baik sebab di kota tersebut juga terdapat MULO, jadi Boedi
            bisa melanjutkan pendidikannya dan tidak perlu berpisah dengan
            orangtuanya. 25
                Setelah berhasil melalui voorklas siswa kemudian diperkenan-
            kan memilih jurusannya masing-masing. Pembagian jurusan ada
            tiga yaitu: 1) Bagian A untuk Jurusan Perdagangan dan Perusaha-
            an; 2) Bagian B untuk program Ilmu Pasti yang agak berat (voor-
            bereidend Onderwijs); 3) dan terakhir Bagian C untuk program Ilmu
                                26
            Pasti yang agak ringan.  Sebagian besar siswa memilih bagian B,
            termasuk diantara mereka ada bocah kecil bernama Boedi
            Harsono. 27
                Konsekuensi dari pekerjaannya sebagai mantri polisi membuat
            Moerhadisastro siap untuk ditempatkan di daerah manapun.

                23  Ibid.
                24  Kini bernama SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama)
                25  Wawancara dengan Boedi Harsono tanggal 24 April 2009 di rumah, Jalan
            Musi 28, Jakarta.
                26  Vastenhouw, Sedjarah Pendidikan Indonesia (Bandung: Keluarga Mahasiswa
            Bapemsi, 1961), hlm. 45.
                27  Boedi Harsono, loc.cit.

            24
   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42