Page 162 - Menuju Penataan Ruang dan Pengelolaan Pertanahan yang Berkelanjutan dan Berkeadilan
P. 162

Perumusan Rencana Aksi Penataan Akses Reforma Agraria Berbasis Potensi   153
                    Wilayah Desa dan Analisis Ekonominya Guna Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat
             diambil dari tugu penyimpanan di Kecamatan Selogiri. Kemudian
             tombak Kiai Limpung dan keris Semar Tinandu yang diambil dari
             rumah tiban Kecamatan Girimarto. Tombak Kiai Alap-alap dan keris
             Kiai  Bancak  dari  Kaliwerak  serta  gong  pusaka milik Pemerintah
             Kabupaten, yakni Kiai Mendung Ekodayawilaga juga ikut serta dalam
             jamasan;  (3)  Kesenian dapat  tetap  terjaga dan  terpelihara dengan
             baik, melalui berbagai pementasan seni, seperti: (a) Seni karawitan,
             yang terdapat di Dusun Selopukang, Dusun Sendang; (b) Seni ketek
             ogleng, yang terdapat di Dusun Godean; (c) Seni wayang kulit, yang
             terdapat di Dusun Prampalen dengan dalang Gito Harsono; (d) Seni
             rebana, yang terdapat di Dusun Jajar, dan dikelola oleh Paguyuban
             Rawitsari Mulyo. Paguyuban ini juga mengelola seni campursari dan
             karawitan selain seni rebana.


             G.  Penghambat, Pendukung, dan Solusi
                 Ketika  rencana aksi akan dilaksanakan  telah diperhitungkan
             adanya faktor penghambat, faktor pendukung, dan solusinya, yang
             uraiannya  sebagai  berikut:  Pertama,  faktor  penghambat,  yang
             terdiri dari: (1) keterbatasan sumberdaya manusia yang tersedia; (2)
             kelemahan sinergitas di antara para pihak terkait; (3) ketersediaan
             modal  usaha;  (4)  kelemahan  daya  adaptasi  pelaku  usaha;  (5)
             pengabaian  manajemen risiko oleh pelaku usaha;  (6)  keengganan
             pelaku usaha untuk melaksanakan strategi yang ditawarkan dalam
             rencana aksi;  (7)  penolakan  rencana aksi oleh  sebagian elemen
             masyarakat  (pelaku usaha);  (8)  kurangnya pendidikan,  pelatihan,
             dan  keterampilan para pelaku usaha;  serta  (9)  ketidak-mampuan
             pelaku usaha menganalisis situasi dan kondisi.

                 Kedua, faktor pendukung, yang terdiri dari: (1) peran Pemerintah
             Desa Sendang; (2) kesadaran  para  pihak  tentang kepentingannya
             masing-masing; (3)  komersialitas kegiatan  usaha; (4)  kesediaan
             menghadapi  perubahan; (5)  keuletan  dan ketekunan masyarakat
             (pelaku usaha) dalam menjalankan kegiatan usaha; (6) kesungguhan
             masyarakat dalam mencari peluang bagi pengembangan usaha; (7)
             kesadaran para pelaku usaha tentang beban yang ada padanya, yang
             berguna bagi pengembangan usaha; (8) ada motivasi yang kuat pada
   157   158   159   160   161   162   163   164   165   166   167