Page 7 - REFORMA AGRARIA INKLUSIF
P. 7

KATA PENGANTAR
                     KETUA STPN













            Buku ini mengupayakan bertemunya konsep reforma agraria dengan
            Gender Equality Disability and Social Inclusion (GEDSI). GEDSI telah
            menjadi kerangka kerja banyak lembaga, baik pemerintah maupun
            swasta, karena semakin disadari bahwa setiap orang mempunyai hak
            untuk dapat berperan dalam pembangunan dan mengakses hasilnya.
            Dalam perspektif pembangunan  yang  konvensional  pun,  seperti
            model Reforma Agraria yang dipromosikan oleh Hernando De Soto
            dengan gagasannya “membangunkan aset orang miskin’’, kelompok
            rentan  tidak ditinggalkan  bahkan difasilitasi agar  menjadi  bagian
            dari mekanisme pasar. Reforma Agraria Indonesia yang bernafaskan
            sosialisme  Indonesia sudah semestinya  ramah  terhadap  kelompok
            rentan  seperti  perempuan,  gender non biner, lansia,  kaum muda,
            difabel, dan masyarakat adat.

                Kelompok  rentan,  termasuk  perempuan dan disabilitas,  sering
            terpinggirkan dalam agenda-agenda  pembangunan.  Bentuk-
            bentuk peminggiran  itu  mengemuka  dalam  1)  pembatasan peran
            perempuan sebagai akibat tatanan dan pranata sosial budaya, bahkan
            perempuan  dalam kelas  sosial  yang  sama  dengan laki-laki juga
            lebih  rentan mengalami ketidakadilan; 2) ketidaksetaraan  dalam
            kepemilikan aset dan  pendapatan  perempuan dibandingkan  laki-
            laki sebagai gender dominan; 3) beban kerja yang lebih berat karena
            memikul tanggungjawab domestik (rumah tangga) sekaligus publik
            (nafkah, sosial, budaya) sebagai akibat tatanan dan nilai masyarakat
            membebankan kerja  domestik  sebagai kewajiban mutlak bagi
            perempuan; 4) perempuan dikondisikan lemah dalam pengambilan
   2   3   4   5   6   7   8   9   10   11   12