Page 61 - Melacak Sejarah Pemikiran Agraria Indonesia Sumbangan Pemikiran Mazhab Bogor
P. 61

Ahmad Nashih Luthfi


               hadapan kaum tani), dan 4 “harus” (harus rendah hati, harus so-
               pan dan siap belajar dari petani, harus tahu dan respek terhadap
               budaya dan bahasa setempat, dan harus mau menolong meme-
               cahkan problem keluarga tuan rumah, petani dan Partai lokal). 10
                   Selain kelompok di atas, muncul kecenderungan baru yang
               berasal dari ilmuwan Bogor yang mengkaji persoalan-persoalan
               pedesaan dari aspek sosial ekonominya. 11  Mereka inilah yang
               berusaha menemukenali persoalan-persoalan pedesaan dan men-
               coba mendudukkan disiplin sosiologi agar relevan dalam usaha
               pemahaman itu. Kelompok ini selanjutnya dikenal sebagai ke-
               lompok “Mazhab Bogor”. 12
                   Ide mereka yang mulai dikembangkan pada tahun 1963
               adalah melakukan pengiriman mahasiswa ke pedesaan, terkadang
               pada musim tanam penuh, untuk mengajarkan ilmu mereka seka-
               ligus belajar dari para petani, memperkenalkan teknik tanam ba-
               ru, menghubungkan antara aparat desa dan petani, lalu memba-
               wa pengalaman itu kembali ke bangku kuliah.
                   Pembelajaran semacam itu (yang bergerak antar teori dan
               praktik) merupakan hal baru pada zamannya. Pada tahun 1964
               dan 1965 Kementerian Pertanian mengadopsi program itu de-
               ngan cara mengirim sejumlah 440 mahasiswa ke lapangan pada
               tahun 1964, dan sejumlah 1.200 pada tahun 1965. Inilah yang
               dikenal sebagai Bimbingan Massal (BIMAS) dan kemudian
               diadopsi oleh Orde Baru menjadi Bimbingan Masyarakat. 13


                   10  Strategi ini sekarang banyak diadopsi oleh NGO.
                   11  Selain dari kelompok ini, disiplin ilmu sejarah pada periode selanjutnya
               mencatat nama Sartono Kartodirdjo, Onghokham, Suhartono W Pranoto, dan
               Kuntowijoyo dengan keberhasilannya mengkaji pedesaan (pertanian) yang secara
               kritis berbeda dari kajian-kajian mainstream saat itu. Periksa, Ben White, 2002,
               op.cit., hal. 127.
                   12  Istilah “Mazhab Bogor” tercetus pada saat peluncuran Yayasan Sajogyo
               Inside di Bogor pada tanggal 10 Maret 2005. Belum ada penjelasan akademis
               mengapa disebut demikian, selain alasan “praktis” bahwa terdapat beberapa
               tokoh yang dibesarkan oleh IPB dan berkarir akademis di Bogor. Sebagai “School
               of Thought” tentu saja memerlukan pertanggungjawaban ilmiah, sesuatu yang
               justru belum dilakukan.
                   13  Ben White, Ibid, hal. 120. IPB mempunyai tradisi pengerahan tenaga
               mahasiswa pada tahun 1963. Sedangkan Universitas Gadjah Mada telah
               mempunyai tradisi semacam itu melalui program Pengerahan Tenaga Mahasiswa
               8
   56   57   58   59   60   61   62   63   64   65   66