Page 543 - Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria, 2006-2007 Bunga Rampai Perdebatan
P. 543
M. Shohibuddin & M. Nazir S (Penyunting)
dapatannya dari pertanian. Temuan SDP/SAE yang lain
adalah terjadinya akumulasi pemilikan tanah. 37 – 50%
tanah pertanian dikuasai oleh 3 – 9% pemilik. Pada 1995 –
1999 PATANAS-ASEM melakukan penelitian yang sama
menunjukkan kecenderungan yang lebih mengkhawatirkan.
Petani tidak bertanah jumlahnya sudah mencapai hampir
dari separuh dari total petani padi di Jawa.
Fenomena “pelambatandan ketidakstabilan” produksi
padi yang dikemukakan oleh Simatupang dalam makalah
seminar tentang “Perspektif Pembangunan Pertanian dan
Kehutanan Tahubn 2001 ke Depan” adalah berkaitan
dengan semakin menciutnya penguasaan lahan yang menye-
babkan semakin tidak ekonomisnya melakukan budidaya
padi. Usaha tani diatas lahan yang kurang dari 1 hektar
hanya mampu memberikan tingkat penerimaan 1,44 kali
biaya input, oleh karena itu kegiatan pertanian sudah tidak
bisa diandalkan sebagai sumber pendapatan keluarga.
Revitalisasi pertanian hampir tidak mungkin bisa dila-
kukan tanpa diiringi dengan reformasi agraria. Reformasi
agraria diarahkan untuk memperbaiki struktur penguasaan
lahan di masyarakat, namun ini tidak mudah dilakukan.
Merujuk pada Deklarasi Akhir Konferensi Internasional
Pembaruan Agraria dan Pembangunan Pedesaan yang dise-
lenggarakan di Porto Alegre, Brazil 7 – 10 Maret 2006 yang
menekankan tentang pentingnya pembaruan agraria dan
pembangunan pedesaan guna mendukung pembangunan
yang berkelanjutan. Pembaruan ini dilakukan dengan
membentuk sistem administrasi yang kondusif dan efesien
terhadap proses pendaftaran, sertifikasi dan survai kepe-
milikan tanah, perbaikan sarana pasar, hukum dan kelem-
496

