Page 874 - Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria, 2006-2007 Bunga Rampai Perdebatan
P. 874

Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria 2006-2007

               menyelenggarakan fungsi perencanaan, perumusan
               kebijakan, pelaksanaan dan pengendalian rangkaian ke-
               giatan reforma agraria. Keberadaan lembaga semacam ini
               perlu diperkuat dengan landasan hukum sehingga lembaga
               ini mampu melaksanakan sejumlah agenda-agenda strategis,
               mulai dari tingkat penyusunan kebijakan dan koordinasi
               sampai dengan tingkat pelaksanaannya. Lembaga ini juga
               harus dipimpin langsung oleh Presiden sehingga dapat
               berjalan efektif dan mampu menangkal berbagai intervensi
               yang akan muncul sehubungan dengan proses distribusi,
               mengingat banyak kepentingan politik dan perilaku rent seek-
               ing yang akan mengerubungi kebijakan-kebijakan yang
               bersifat populis semacam ini.
                   Kesemuanya ini merupakan isu penting dan krusial yang
               perlu diperhatikan dalam semua proses pelaksanaan reforma
               agraria. Mengingat Indonesia baru akan memulai kembali
               program yang mencakup serangkaian kegiatan yang amat
               pelik dan kompleks ini, maka menjadi langkah strategis un-
               tuk memulainya dalam situasi yang “lebih mudah”, mengu-
               jicoba dan mencapai kesuksesan dari proses itu, dan baru
               setelahnya beranjak lebih lanjut dari kisah sukses itu untuk
               menjalankannya secara lebih luas dan pada situasi yang lebih
               kompleks. Uji coba semacam ini juga harus disadari menge-
               nai konteks utama yang menjadi arena pelaksanaannya,
               yaitu kian meluasnya tuntutan atas terselenggaranya tata
               pemerintahan yang baik dan partisipatif, serta konteks In-
               donesia yang terdesentralisasi.
                   Untuk itulah dibutuhkan adanya dialog kebijakan yang
               intens pada berbagai tingkatan sepanjang rangkaian kegiatan
               reforma agraria. Melalui proses semacam ini diharapkan

                                                                  827
   869   870   871   872   873   874   875   876   877   878   879