Page 885 - Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria, 2006-2007 Bunga Rampai Perdebatan
P. 885

M. Shohibuddin & M. Nazir S (Penyunting)

            tegang dengan “kanan” penolak land reform. Stabilitas poli-
            tik nasional terguncang.
                Pada era Bung Karno, land reform yang baru dimulai
            terhenti akibat pergantian rezim. Kolaborasi kepentingan
            elite dalam negeri dengan kekuatan asing anti-reform meng-
            ganjal land reform. Jika Soekarno menganut politik agraria
            pro-rakyat kecil, Soeharto pro-modal besar.
                Sepanjang 30 tahun Orde Baru, land reform tak hanya
            diabaikan, tetapi dimusuhi, ide maupun penganut-pengan-
            jurnya. Kini, Presiden Yudhoyono membangkitkan “batang
            yang terendam”.


            Kematangan bersama
                Perlu pengkajian pengalaman mempraktikkan land re-
            form pada masa lampau dan menjadikannya pelajaran
            berharga. Kita kenali cita-cita pendiri bangsa sambil mem-
            bedah ulang bentuk dan model reforma agraria, agar tidak
            terjerembap ke lubang kekeliruan yang sama.
                Kita harus berangkat dari kesadaran reforma agraria
            sebagai keniscayaan bagi bangsa. Karena itu, birokrasi dan
            masyarakat perlu disiapkan paralel terintegrasi. Perlu
            keuletan kerja dan komunikasi intensif semua pihak. Kha-
            layak luas diberi pengertian utuh-jernih mengenai agenda
            ini. Salah pengertian dan gesekan yang tak perlu antar-
            komponen masyarakat dan masyarakat-pemerintah harus
            dicegah.
                Mustahil reforma agraria dapat dijalankan seorang pre-
            siden, satu-dua pejabat, maupun tiga-empat instansi. Refor-
            ma agraria ialah panggilan mendesak bagi segenap anak
            bangsa. Pejabat dan instansi pemerintah yang terkait urusan

            838
   880   881   882   883   884   885   886   887   888   889   890