Page 19 - Empat Langkah Pengampunan
P. 19
diri kita sendiri.
Banyak dari kita menginternalisasi orangtua, guru, atau saudara, yang terlalu kritis, atau keras,
terhadap kita di tahun-tahun awal masa perkembangan kita. Jika demikian, maka kita memiliki suara-
suara kritikus tersebut yang bekerja di dalam kepala kita. Ini dapat terdorong begitu dalam di dalam
diri kita bahkan kitapun tidak menyadarinya, namun perasaan dan suasana hati itu akan masih terus
bermunculan. Kita tidak perlu melawan suara yang terlalu kritis, yang menyebabkan rasa malu,. Kita
tidak perlu bersembunyi darinya, atau merasa terganggu oleh apa yang dikatakannya. Kita tidak perlu
memberikannya kekuatan dengan bereaksi terhadapnya. Setiap kali batin kritikus kita menawarkan kita
sesuatu yang tidak bermanfaat, atau tidak membangun, kita hanya harus mengatakan kepada diri kita
sendiri, "Ini hanyalah sebuah pemikiran, itu saja." Lambat laun suara-suara kritikus itu akan kehabisan
tenaga apabila kita tidak bereaksi dengan menolaknya, atau dengan memberikan dan percaya dengan
apa yang dikatakan.
Rasa malu dapat menjadi apa yang sebenarnya dapat mendorong kita untuk melakukan hal-hal yang
akan membuat kita merasa buruk karenanya. Rasa malu dapat memicu kecanduan, kebiasaan buruk,
kemunduran atau perilaku yang terlalu agresif. Rasa malu, jika dibiarkan begitu saja, akan
mengekalkan dirinya. Ketika kita merasa buruk tentang diri kita sendiri maka kita akan merasa lemah
dan lebih mudah tergoda untuk terus melakukan hal-hal yang membuat kita merasa buruk tentang diri
kita sendiri. Oleh karena itulah rasa malu dapat menghidupkan rasa bersalah dan lebih banyak rasa
malu yang lainnya.
Rasa malu akan cenderung membuat kita cepat menyalahkan orang lain dan menjadi tak kenal ampun
atas kesalahan mereka. Oleh karena itu perasaan malu dapat tersebar di antara semua orang karena
setiap orang yang merasa malu mencoba untuk menangkis rasa malu dari diri mereka sendiri dengan
membuat orang lain merasa malu. Ketika pemimpin dari sekelompok orang (keluarga, organisasi,
agama, atau apapun) memiliki rasa malu yang kuat ini dapat dengan mudah menyebar ke semua orang
di dalam kelompok tersebut dan menciptakan suasana beracun yang menjadi dasar dari rasa
menyalahkan dan penghukuman.
Kita tidak akan membiarkan diri kita memiliki sesuatu karena kita berpikir bahwa kita tidak layak
untuk mendapatkanya, tidak peduli seberapa konyol atau tidak beralasannya perasaan tidak layak
tersebut. Namun, keinginan yang tidak terpenuhi tersebut tidak akan pergi. Mereka hanya bersembunyi
dan keluar sebagai kecanduan dan kompulsi. Perilaku adiktif dan kompulsif kita kemudian akan
membuat kita merasa tidak layak. Hal ini adalah Lingkaran Rasa Malu; merasa suatu keharusan untuk
melakukan sesuatu yang kita pikir bahwa kita tidak harus melakukan, merasa malu terhadap diri
sendiri tentang hal itu, usaha kita untuk bersembunyi dari rasa malu kita (dan suara-suara kritis yang
ada di dalam yang menghukum diri kita) muncul sebagai suatu keharusan untuk melakukan sesuatu
yang kita pikir seharusnya tidak kita lakukan, dan sebagainya.