Page 31 - E-book Kimia Hijau dalam Kearifan Lokal Purbalingga
P. 31
Materi
Tau Gak Sih ?
Sebuah prosesi menarik warga masyarakat yang selalu
menjaga sumber mata air kehidupan dan melestarikan
lingkungannya dirangkai dalam “Festival Gunung Slamet”.
Prosesi pengambilan air di sumber mata air Sikopyah pada
rangkaian Festival Gunung Slamet (FGS) diawali dengan
berkumandangnya tembang dhandang Gulo di desa dukuh
Kaliurip Gunung, desa Serang, Kecamatan Karangreja,
Purbalingga. Tembang tersebut memiliki makna yang
menggambarkan kehidupan warga yang rukun tentram dan
damai yang tidak terlepas dari air kehidupan yang berasal
dari mata air di bawah kaki Gunung Slamet.
Para pembawa lodhong (tempat air dari bambu) yang yang
berjumlah 777 terdiri dari ibu – ibu, remaja putri dan putra
berkumpul di Mesjid dukuh untuk didoakan. Setelah air
diambil lalu air dalam lodhong itu disemayamkan beberapa
hari untuk di bawa ke lembah asri. Iringan pembawa lodhong
diikuti ribuan warga lainnya membawa nasi penggel. Nasi
penggel/nasi jagung itu mereka menyebutnya sebagai nasi
trigi, karena berisi tiga jenis lauk dan sayur yakni sayur oseng
pepaya, tempe goreng, dan ikan asin. Setelah berkumpul di
balai desa, warga pembawa lodhong dan pembawa nasi
Penggel menikmati makan bersama. Prosesi pengambilan air
dengan 777 lodhong bambu dicatat oleh Museum Rekor
Indonesia (MURI).
22