Page 1 - HUKUMAN BERBUAH MANIS_Neat
        P. 1
     HUKUMAN BERBUAH MANIS
                                             HADIWARATAMA R JUSRAN
               Namaku Adi, berawal dari bangku sekolah dasar, aku dan sahabat setiap hari jika ingin ke sekolah
               selalu  bareng  bersama  dengan  tiga  sahabatku  yaitu  Budi,  Imam,  dan  Anto.  Kami  berempat
               dipertemukan pada satu kelas yang sama, tepatnya di kelas empat. Jika kami kesekolah tentunya
               dengan berjalan kaki saja, mengingat jarak dari rumah kesekolah hanya berkisar satu kilometer
               saja.
               Pernah suatu ketika kami menuliskan surat perjanjian persahabatan yang mana dituliskann pada
               kertas  putih  dengan  tinta  hitam  kemudian  dimasukkan  ke  dalam  sebuah  kotak  kardus  kecil,
               kemudian kotak kardus tersebut dikubur di bawah pohon asam yang nantinya surat tersebut akan
               kami kenang selalu jika kelak diberi umur panjang di usia dewasa nanti.
               Banyak anak seusia kami juga bersekolah ditempat kami, namun ada juga bersekolah di sekolah
               lain alasannya mungkin karena mereka mempunyai kendaraan baik sepeda, motor atau mobil,
               sebab orang tua mereka bekerja di dalam kota yang mana orang tua mereka berprofesi sebagai
               pekerja kantoran, jadi orang tua mereka dapat mengantar serta menjemput anaknya ketika pulang
               dari bekerja.
               Hari demi hari kami jalani serta lalui berempat, baik pada saat di sekolah begitu pun pada saat
               bermain dirumah ataukah pergi bermain ke rumah para sahabat satu dan lainnya, karena kebetulan
               rumah kami semuanya jaraknya tidak begitu jauh atau berdekatan.
               Suatu saat kami berempat pergi mencari mangga yang masak dan segar di kebun dekat sekolah
               kami, sebenarnya sih niatnya kami hanya mencari dan memungut buah mangga yang jatuh saja.
               Ya namanya juga masih anak-anak butuh asupan tambahan makanan yang ringan dan yang agak
               manis.
               Dikarenakan  tak  satu  pun  buah  mangga  masak  yang  jatuh,  temanku  yang  namanya  budi
               mengusulkan bagaimana kalau kita memanjat pohon mangga saja, katanya”. Kami pun berempat
               secara berbarengan memanjat pohon mangga tersebut namun sebelum memanjat, “Kami berjanji
               akan selalu bersama untuk selamanya.”





