Page 2 - HUKUMAN BERBUAH MANIS_Neat
P. 2

Karena  keasyikan  memetik  buah  mangga  yang  masak  dan  manis  itu  tanpa  kami  sadari  yang

               pemilik kebun berada di bawah pohon mangga tersebut dengan memakai topi dan memikul ranting
               kayu yang kering.


               “uuuuuus!


               Kata Anto, sial! menunjuk kearah bawah, lalu aku pun melihat kebawah ternyata benar si punya
               kebun berada dibawah. Namanya pak Mamat, seorang pria yang telah berumur parubaya dan ia

               juga dikenal sebagai sosok orang yang suka marah apabila kebunnya ada yang masuk tanpa izin.


               Awalnya sih aman-aman saja karena beliau pak Mamat hanya lewat saja dengan memikul ranting

               kayu yang kering yang mungkin ranting tersebut ingin ia gunakan untuk memasak. Setelah kami
               merasa pak Mamat telah pergi makanya saya mengusulkan kepada teman-teman agar segera turun

               dari pohon mangga tersebut.

               Setelah kami turun ternyata semua sandal jepit yang kami taruh dibawah pohon mangga pada saat

               kami  berbarengan  memanjat  semuanya  telah  hilang.  Kami  saling  melirik  satu  sama  lain  dan

               bertanya kemana ya semua sandal kita?


               “Adi.. kamu sadar, gak?” Tanya Budi.

               “Aku.. kenapa Bud? Di nama kira-kira sandal kita semua? Tanyaku kepada Budi.


               “Imam, menjawab mungkin kita salah taruh tadi bisa jadi kita simpan di semak-semak daun kering

               yang ada didekat sungai, katanya”.


               “Anto menggeleng-gelengkan kepalanya dan berkata tidak” sepertinya semua sandal kita ada yang
               mengambil karena menurut Anto, karena dialah orang terakhir memanjat pohon.


               Setelah itu kami semuanya terdiam, kemudian beberapa saat kemudia kami pun melirik ke balik

               semak-semak yang jaraknya tidak terlalu jauh dari kami tempat kami berdiri. Ada daun kering
               yang berbunyi sepertinya ada yang menginjak daun tersebut yang mana semakin dekat semakin

               terdengar jelas.


               Selang beberapa saat ada suara teriakan, Hai!


               Apa yang kamu buat disini?”
   1   2   3   4   5