Page 20 - Modul Ajar - Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPI)
P. 20

juga meliputi: imunisasi perlindungan bagi pasien dan staf fasilitas layanan

                             kesehatan yang rentan terhadap penyakit yang ditularkan melalui udara atau
                             butiran lendir (campak, gondong, cacar air dan rubela), termasuk imunisasi

                             hepatitis B dan toksoid tetanus untuk petugas, mengkajiulang instruksi bagi

                             siapapun yang akan masuk ke ruang perawatan pasien terutama pasien dengan
                             infeksi yang ditularkan lewat udara (Lynch dkk, 1990).

                                   Sistem Body Substance Isolation (BSI) lebih cepat diterima daripada
                             sistem Kewaspadaan Universal karena lebih sederhana, lebih mudah dipelajari

                             dan diterapkan dan dapat diberlakukan untuk semua pasien, tidak hanya pada

                             pasien yang didiagnosis atau dengan gejala yang mungkin terinfeksi tetapi
                             tetap berisiko bagi pasien dan staf lainnya. Kelemahan sistem ini antara lain:

                             membutuhkan biaya tambahan untuk perlengkapan pelindung terutama sarung
                             tangan, kesulitan dalam perawatan rutin harian bagi semua pasien, ketidak

                             pastian  mengenai  pencegahan  terhadap  pasien  dalam  ruang  isolasi  serta
                             penggunaan sarung tangan yang berlebihan untuk melindungi petugas dengan

                             biaya dibebankan kepada pasien. Keberadaan kedua sistem ini pada awal 1990

                             mengakibatkan fasilitas pelayanan dan petugas kesehatan tidak dapat memilih
                             pedoman pencegahan mana yang harus digunakan. Sehingga pada beberapa

                             rumah sakit telah diterapkan Kewaspadaan Universal, sedangkan yang lainnya
                             menerapkan Isolasi Zat Tubuh.

                                   Kebingungan yang terjadi semakin besar dimana rumah sakit dan staf

                             merasa  telah  menerapkan  Kewaspadaan  Universal,  padahal  sebenarnya
                             mereka menerapkan Isolasi Zat Tubuh dan sebaliknya, termasuk banyaknya

                             variasi  lokal  dalam  menginterpretasikan  dan  menggunakan  Kewaspadaan
                             Universal dan Isolasi Zat Tubuh serta variasi kombinasi penggunaan kedua

                             sistem tersebut. Ditambah lagi dengan adanya kebutuhan untuk menggunakan

                             kewaspadaan  tambahan  bagi  pencegahan  penyakit  yang  ditularkan  lewat
                             udara  (airborne),  droplet  dan  kontak  badan,  yang  merupakan  keterbatasan

                             utama Isolasi Zat Tubuh (Rudnick dkk 1993). Pelaksanaan Pencegahan dan
                             Pengendalian  Infeksi  di  Fasilitas  Pelayanan  Kesehatan  bertujuan  untuk

                                                              10
   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25