Page 115 - Sejarah Nasional Indonesia
        P. 115
     Dengan  menyerahkan  Jepang  kepada  Sekutu  pada tanggal  14
            Agustus 1945, bala tentara Jepang di Indonesia kehilangan semangat.
            Mereka  tidak  bernafsu  untuk  merintangi  gerakan  dan  usaha-usaha
            kemerdekaan  Indonesia.  Pada  umumnya  mereka  berusaha  untuk
            menyelamatkan  diri  dari  dendam  rakyat  Indonesia  dengan  jalan
            mengkonsinyasi  diri  dalam  asrama  masing-masing  dan  hanya
            membela diri apabila diserang oleh rakyat Indonesia yang berusaha
            merampas senjata mereka.
                  Usaha-usaha  yang  pada  mulanya  bersifat  perorangan  untuk
            merebut  senjata  tentara  Jepang  kemudian  meningkat  menjadi
            gerakan  massa  yang  teratur  untuk  melucuti  kesatuan-kesatuan
            tentara Jepang setempat. Kemudian gerakan itu lebih meningkat lagi
            dengan pengambilalihan kekuasaan sipil dan militer beserta alat-alat
            perlengkapannya yang diikuti dengan gerakan menaikkan sang Merah
            Putih.
                  Di  Banyumas  kesatuan-kesatuan  Peta  di  bawah  pimpinan
            Daidanco  Soedirman  pada  bulan  Septembner  berhasil  melucuti
            seluruh tentara Jepang di daerah tersebut tanpa pertempuran. Akan
            tetapi  di  daerah  lain  dengan  meningkatkan  aksi-aksi  melucuti  dan
            merebut  senjata  Jepang,  pihak  Jepang  mulai  mengadakan
            perlawanan. Pihak sekutu memang telah memerintahkan Jepang agar
            tetap bertanggung jawab atas bekas jajahan untuk diserahkan secara
            utuh dan lengkap kepada Sekutu.
                  Pada tanggal 10 September 1945 panglima bala tentara Jepang
            di  Jawa  mengeluarkan  pengumuman  yang  menyatakan  bahwa
            pemerintahan  akan  diserahkan  kepada  Sekutu  dan  tidak  kepada
            Indonesia.  Hubungan  antara  pimpinan  tentara  Jepang  dan
            Pemerintahan  Republik  beserta  rakyat  Indonesia  makin  tegang.
            Pertempuran-pertempuran  makin  menghebat  dan  meluas  antara
            para  pejuang  Republik  dan  pasukan-pasukan  Jepang.  Baru  setelah
                                       Dr. Ika Farihah Hentihu, M.Pd.  106





