Page 34 - Modul Sejarah Lokal Tokoh Perjuangan Lampung
P. 34

23






                         C. Tugas Mandiri

                        Kerjakan di buku tugasmu dengan rapi!

                           1.  Bacalah kembali materi tentang Kondisi Sosial dan Pemerintahan Lampung
                               Abad XIX–XX.
                           2.  Jawablah pertanyaan berikut ini.
                                  a.  Mengapa  posisi  geografis  Lampung  dianggap  sangat  strategis  bagi
                                      perkembangan peradaban?
                                  b.  Apa  perbedaan  utama  masyarakat  Lampung  Pepadun  dan  Saibatin
                                      dilihat dari pola penyebaran wilayahnya?
                                  c.  Mengapa  Belanda  memanfaatkan  nilai-nilai  sosial  budaya  (seperti
                                      harga  diri  dan  keterbukaan)  untuk  memperkuat  kekuasaannya  di
                                      Lampung?
                                  d.  Menurut pendapatmu, apa nilai karakter yang bisa diteladani dari sistem
                                      pemerintahan musyawarah masyarakat Lampung?

                         D. Rangkuman



                           Pada abad XIX–XX, Lampung dikenal sebagai wilayah strategis di ujung selatan
                           Sumatera  karena  menjadi  pintu  gerbang  perdagangan  Nusantara  melalui  Selat

                           Sunda.  Kondisi  geografisnya  yang  subur  dengan  dataran  rendah,  sungai-sungai
                           besar, serta akses laut membuat Lampung menarik perhatian bangsa asing sejak

                           Portugis, Inggris, hingga Belanda. Masyarakat Lampung terbagi dalam dua adat

                           besar,  Pepadun  yang  banyak  mendiami  wilayah  pedalaman,  dan  Saibatin  yang
                           tinggal di pesisir. Keduanya menjunjung tinggi falsafah Piil Pesenggiri yang berisi

                           nilai harga diri, gotong royong (Sakai Sambayan), hidup bermasyarakat (Nengah
                           Nyappur), serta keterbukaan (Nemui Nyimah). Nilai-nilai ini membentuk identitas

                           dan karakter orang Lampung. Namun, Belanda memanfaatkan sifat harga diri dan

                           keterbukaan itu untuk menguatkan pengaruhnya, salah satunya dengan permainan
                           status  sosial  dan  pungutan  pajak.  Walau  begitu,  masyarakat  Lampung  tetap

                           berusaha  menjaga  otonomi  dan  adatnya  melalui  lembaga  perwatin  dan
                           kepemimpinan penyimbang.
   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39