Page 32 - Modul Sejarah Lokal Tokoh Perjuangan Lampung
P. 32
21
2. Keratuan di Balaw
Berkuasa di Kedamaian, Tanjung Karang, dan Teluk Betung. Berdiri sejak abad ke-12
oleh Radin Kunyanyan dan Puteri Kuning, keratuan ini kemudian melemah pada abad
ke-16. Perpecahan internal, wabah cacar, dan konflik mempercepat keruntuhannya.
Pada abad ke-19, wilayah Kedamaian bahkan dinamai ulang oleh Belanda menjadi
Kedamaian sebagai simbol perdamaian pascawabah (Wijayati, 2011).
3. Keratuan Pemanggilan
Menguasai wilayah Krui, Ranau, dan Komering. Keratuan ini memiliki hubungan erat
dengan Sriwijaya, bahkan disebut terkait dengan Raja Balaputradewa. Dari sinilah
muncul jaringan kekuasaan hingga ke Jawa, yang menunjukkan bahwa Lampung
terhubung dengan kerajaan-kerajaan besar Nusantara (Wijayati, 2011).
4. Keratuan Pugung
Pusatnya berada di Pugung (kini dikenal dengan situs Pugung Raharjo). Situs
arkeologis seluas ±30 hektar ini menyimpan peninggalan seperti menhir, punden
berundak, dan dolmen. Uniknya, tradisi religi di keratuan ini berlapis: dari tradisi
megalitik, berkembang ke Hindu–Buddha, lalu Islam. Pola pemukiman Canguk–
Gaccak dan Pugung juga menunjukkan masyarakat Lampung telah membangun pusat-
pusat pemukiman yang kompleks (Endang, 1985).
5. Keratuan Darah Putih
Berpusat di Kuripan, Kalianda, Lampung Selatan. Menurut tradisi, keratuan ini
didirikan oleh Minak Gejala Ratu, keturunan dari Sunan Gunung Jati (Cirebon–
Banten). Nama Darah Putih berasal dari legenda bahwa darah Minak Gejala Ratu
berwarna putih, bukti keturunan sah dari ayahnya. Keratuan ini menjadi basis
perlawanan Islam di Lampung dan kelak berhubungan dengan perjuangan tokoh
pahlawan Raden Intan (Arfi, 2016).

