Page 27 - Modul Sejarah Lokal Tokoh Perjuangan Lampung
P. 27
16
Secara umum, masyarakat Lampung terbagi menjadi dua rumpun besar, yaitu
Saibatin dan Pepadun, yang masing-masing terdiri dari berbagai sub-rumpun kebuayan
berdasarkan garis keturunan. Saibatin mencakup Meninting, Teluk, Semangka,
Belalalu/Krui, Ranau, Komering/Kayu Agung, dan Cikoneng/Banten, sedangkan
Pepadun terdiri dari Abung Siwo Mego, Mego Pak Tulangbawang, Pubian Telu Suku,
Way Kanan Buay Lima, dan Bunga Mayang Sungkai. Keragaman asal-usul kebuayan
ini diatur melalui mekanisme musyawarah para punyimbang yang terwakili dalam
lembaga Perwatin (Proatin), yaitu forum demokratis untuk memutuskan persoalan dan
mengelola tatanan kehidupan masyarakat. Lembaga ini mencerminkan bentuk otonomi
asli dan demokrasi lokal yang telah hidup berabad-abad dalam masyarakat Lampung,
meski kemudian mengalami pergeseran akibat interaksi dengan kekuatan eksternal
(Irham, 2013).
Lembaga perwatin dan kepunyimbangan merupakan struktur penting dalam sistem
sosial masyarakat Lampung yang berfungsi sebagai mekanisme pemerintahan lokal
dan kepemimpinan adat. Kepunyimbangan didasarkan pada garis keturunan laki-laki
tertua dari keluarga inti (nuwo/nuwa/lamban) dan berkembang secara bertingkat mulai
dari kepunyimbangan suku, tiyuh atau pekon (desa/kampung), hingga kebuayaan.
Kebuayaan sendiri merupakan bentuk kepemimpinan yang berlandaskan silsilah
generasi pertama sebagai pendiri wilayah, yang kemudian melahirkan keturunan dan
menyebarkan permukiman melalui pembukaan lahan garapan. Secara umum,
masyarakat Lampung terbagi ke dalam dua rumpun besar, yaitu Saibatin dan Pepadun,
yang masing-masing memiliki sistem pemerintahan adat berbeda sesuai asal-usul
kebuayaannya (Irham, 2013).
Penyimbang dalam adat Lampung berasal dari kata simbang yang berarti giliran
atau gantian memimpin, yang juga dimaknai sebagai keseimbangan antara kewibawaan
pemimpin dan keikhlasan yang dipimpin. Kepenyimbangan merupakan konsep sosial
berbasis garis keturunan patrilinear dalam marga, di mana hanya anak laki-laki tertua
yang berhak menjadi penyimbang. Dalam masyarakat Saibatin, penyimbang
memperoleh gelar Suttan atau Sultan dan kedudukannya hanya berlaku di marganya.

