Page 26 - Modul Sejarah Lokal Tokoh Perjuangan Lampung
P. 26

15




                        2. Sistem Pemerintahan Di Lampung

                        a. Sistem Pemerintahan Di Lampung Masa Pra-kolonialisasi


                            Tahukah kamu bahwa jauh sebelum Belanda datang, masyarakat Lampung sudah
                        memiliki sistem pemerintahan sendiri yang teratur? Bahkan, sejak abad ke-3 M  di

                        Skala Berak (Lampung Barat) telah berdiri pemerintahan suku bangsa Tumi, lalu pada

                        abad ke-7 M lahir Kerajaan Tulang Bawang di bagian timur. Kedua kerajaan ini sudah
                        menganut  agama  Hindu  dan  menjadi  pusat  kekuasaan  penting  di  Sumatera  bagian

                        selatan  (Bukri,  1981).  Namun,  sejarah  tidak  berhenti  di  situ.  Pada  abad  ke-15,
                        kekuasaan Tumi berakhir setelah ditaklukkan oleh para bangsawan dari Kesultanan

                        Pagaruyung, Minangkabau, yang membawa serta pengaruh Islam ke tanah Lampung

                        (Hadikusuma, 1978).

                            Menariknya,  setelah  masa  itu  sistem  pemerintahan  Lampung  tidak  lenyap,

                        melainkan  terus  berkembang  mengikuti  dinamika  sosial,  budaya,  dan  agama.  Dari
                        keratuan hingga marga, dari kepemimpinan genealogis hingga lembaga musyawarah,

                        masyarakat Lampung telah membuktikan bahwa mereka mampu membangun tatanan
                        politik sendiri yang unik, demokratis, dan berakar kuat pada adat. Nah, seperti apa

                        sebenarnya sistem pemerintahan adat Lampung itu? Mari kita telusuri lebih jauh!


                            Memasuki  abad  ke-17  hingga  18,  struktur  sosial  politik  masyarakat  Lampung
                        semakin  terorganisir.  Kesultanan  Palembang  memperkenalkan  sistem  marga  untuk

                        mengendalikan politik dan ekonomi daerah. Marga adalah kesatuan adat dan wilayah
                        yang mencakup beberapa kampung (tiuh atau pekon), yang di dalamnya terdapat unit

                        lebih kecil bernama umbul (Haar, 1939). Sistem ini berakar dari tradisi Sriwijaya dan

                        kemudian dimodifikasi oleh Palembang Darussalam. Berbeda dengan sistem keratuan
                        yang  cenderung  turun-temurun,  kepemimpinan  marga  lebih  birokratis:  pemimpin

                        dipilih atau ditunjuk oleh otoritas yang lebih tinggi berdasarkan aturan tertulis, yaitu
                        Undang-Undang Simbur Cahaya (Irham, 2013).
   21   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31