Page 31 - Al-Qur'an Hadis MTs Kelas IX
P. 31
Ibnu Abbas pun menginap di rumah Rasulullah saw. Ibnu Abbas tetap terjaga sepanjang
malam untuk menyaksikan Rasulullah saw. melaksanakan salat malam. Ketika Rasulullah saw.
terbangun, Ibnu Abbas menyiapkan air untuk Rasulullah saw. berwudu.
Rasulullah saw. melihat Ibnu Abbas yang sigap menyiapkan air wudu untuknya pun
merasa terharu dan bangga. Rasulullah saw. mengusap rambut Ibnu Abbas seraya berdoa,
“Ya Allah, berikan dia keahlian dalam agama-Mu dan ajarilah dia tafsir kitab-Mu.” Kemudian,
Ibnu Abbas melaksanakan salat bersama Rasulullah saw., manusia yang paling mulia, yang
merupakan suatu kenikmatan yang tidak ada bandingannya.
Pada awalnya, Ibnu Abbas berdiri sejajar dengan Rasulullah saw. Hati Ibnu Abbas
membatin, tidaklah pantas untukku sejajar dengan rasul Allah. Ibnu Abbas pun mundur
sedikit, tetapi Rasulullah saw. menariknya. Namun, Ibnu Abbas kembali mundur. Seusai salat,
Rasulullah saw. bertanya mengapa Ibnu Abbas berbuat demikian.
“Wahai kekasih Allah dan manusia, tidak pantas kiranya aku berdiri sejajar dengan utusan
Allah,” jawab Ibnu Abbas.
Rasulullah saw. tersenyum dengan senyuman yang menenangkan jiwa dan kembali
mendoakan Ibnu Abbas dengan doa yang sama. Ibnu Mas‘ud menuturkan, “Sebaik-baik
penafsir Al-Qur’an adalah Abdullah ibnu Abbas.” Ibnu Abbas sendiri terkenal dengan Turjumān
Al-Qur’an (orang yang memberi penjelasan/tafsir terhadap Al-Qur’an).
Ibnu Abbas juga seorang penghafal Al-Qur’an dan pernah menyampaikan, “Kami
menghafalkan Al-Qur’an dalam sehari sebanyak lima ayat dan kami tidaklah menambah lebih
dari itu sampai kami menguasai tafsir ayat-ayat tersebut. Sungguh akan datang kaum di mana
mereka menghafalkan Al-Qur’an seluruhnya, tetapi mereka tidak mengamalkannya. Mereka
begitu mantap menguasai huruf-hurufnya, tetapi mereka tidak memahami aturan-aturan
dalam Al-Qur’an.”
Sumber: https://bit.ly/3LBoUU5, dengan pengubahan
Tokoh
Fatimah al-Banjari
Ulama perempuan Indonesia asal Banjarmasin yang masyhur bernama Fatimah al-Banjari.
Orang-orang menyebutnya Syekhah Fatimah binti Syekh Abdul Wahab. Ibunya bernama
Syarifah dan ayahnya bernama Abdul Wahab. Syekhah Fatimah adalah cucu ulama besar
di Kalimantan, yaitu Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari yang menulis kitab terkenal Sabīl
al-Muhtadīn. Syekhah Fatimah tumbuh besar di keluarga ulama besar. Di sana dan dari
merekalah, beliau mempelajari Al-Qur’an dan ilmu-ilmu keislaman, seperti bahasa Arab, ilmu
tafsir, ilmu hadis, teologi, fikih, dan pelajaran-pelajaran lainnya.
Bersama saudara seibunya, Syekhah Fatimah aktif berdakwah dan mengajarkan agama
Islam di Tanah Banjar. Syekhah Fatimah menjadi guru di dalam komunitas kaum perempuan.
Beliau juga menulis kitab fikih berjudul Perukunan Jamaluddin. Kitab ini berisi tentang
persoalan fikih, seperti salat, puasa, dan pemulasaraan jenazah. Syekhah Fatimah tidak
mencantumkan namanya dalam kitab ini sehingga orang-orang mengira kitab ini ditulis oleh
ulama laki-laki, yaitu Syekh Jamaluddin.
11
Bab I Hukum Bacaan Mad Lazim 11