Page 28 - Sejarah Kelas X
P. 28
4. Sejarah sebagai Seni
Sejarah mempelajari suatu proses yang dinamis dari kehidupan manusia
yang di dalamnya terdapat hubungan sebab akibat yang cukup rumit.
Untuk memahami sejarah sebagai seni yang memiliki nilai estetika,
seorang sejarawan memerlukan intuisi (insting atau pemahaman langsung),
imajinasi (bayangan terhadap suatu peristiwa), emosi, dan gaya bahasa.
Menurut Kuntowijoyo, kedudukan sejarah sebagai seni karena beberapa
alasan berikut.
a. Intuisi atau Naluri
Setiap langkah yang dilakukan dalam penelitian sejarah membutuhkan
Sumber: https://bit.ly/3rsMKXn
Gambar 1.15 Kuntowijoyo kemampuan sejarawan dalam memutuskan apa yang harus dilakukan.
Dalam hal ini, cara kerja sejarawan sama dengan seniman. Kadang, se
Tugas 1.5 jarawan merasa kesulitan melanjutkan tulisannya, terutama jika berupa
deskripsi atau penggambaran peristiwa. Karena sejarawan tidak me
Bentuklah kelompok bera ng ngetahui peristiwa secara langsung maka yang diperlukan adalah intuisi.
gotakan 3–5 orang. Kemudian, Untuk mendapatkan intuisi, sejarawan harus bekerja keras dengan data
diskusikan dengan kelompok yang ada.
kalian tentang sejarah sebagai
peristiwa, sejarah sebagai kisah, b. Imajinasi
sejarah sebagai ilmu, dan sejarah
sebagai seni. Presentasikan hasil Dalam penelitian, sejarawan harus dapat membayangkan apa yang
diskusi kelompok kalian di depan sebenarnya terjadi, baik sebelum, saat, dan setelah peristiwa terjadi. Pikiran
kelas. sejarawan harus mampu menerobos masa lalu serta membayangkan
peristiwa dan kondisi yang terjadi. Imajinasi sejarawan harus tetap
berdasarkan semua bukti yang ada sehingga tidak terjebak dalam
anakronisme (ketidaksesuaian kronologi).
c. Emosi
Sejarawan diharapkan mampu menyatukan perasaan dengan objeknya.
Sejarawan dapat menghadirkan objeknya seolaholah pembaca ikut
merasakan peristiwa tersebut. Akan tetapi, sejarawan harus tetap fokus
dengan semua fakta yang ada. Penulisan sejarah yang melibatkan
emosi sangat penting untuk pewarisan nilai. Oleh karena itu, dalam
sejarah dikenal historical thinking atau cara berpikir historis, yaitu upaya
menempatkan pikiranpikiran pelaku sejarah pada pikiran sejarawan.
d. Gaya Bahasa
Sumber: https://bit.ly/3IhjZ70
Gambar 1.16 Historical thinking atau cara Sejarah memerlukan gaya bahasa yang baik. Artinya, maksud baik di sini
berpikir sejarah tidak berarti gaya bahasa yang berbungabunga atau metafora. Kadang,
gaya bahasa yang lugas lebih menarik. Gaya bahasa yang berbelit
belit dan tidak sistematis merupakan bahasa yang jelek. Akan tetapi,
seperti dinyatakan Kuntowijoyo, bahwa sejarah bukan sastra. Sejarah
berbeda dengan sastra dalam beberapa hal, yaitu cara kerja, kebenaran,
hasil keseluruhan, dan kesimpulan. Dari cara kerjanya, sastra adalah
pekerjaan imajinasi yang lahir dari kehidupan sebagaimana dimengerti
oleh pengarangnya.
14 IPS Sejarah Kelas X