Page 111 - PROFIL DINKES 2021 VALIDASI
P. 111
100
6.6. KESEHATAN JIWA DAN NAPZA
1. Jumlah Puskesmas yang menyelenggarakan Deteksi Dini Masalah Kesehatan
Jiwa
Deteksi merupakan langkah awal yang penting untuk membawa orang yang sakit
mendapatkan pertolongan medis. Semakin cepat suatu penyakit terdekteksi, dalam hal ini
gangguan/penyakit jiwa, akan semakin cepat proses diagnosis dan semakin cepat pula
pengobatan dapat dilakukan sehingga diharapkan akan memotong perjalanan penyakit dan
mencegah hendaya (abnormalitas fungsi seseorang yan dikaitkan dengan perilaku) dan
disabilitas.
Deteksi dini masalah kesehatan jiwa dan penyalahguna NAPZA di lakukan
terhadap seluruh kelompok usia dengan menggunakan instrumen SDQ (untuk anak usia 4-
18 tahun) dan/ atau SRQ 20 (usia diatas 18 tahun), serta ASSIST yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan dan/atau guru terlatih
Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama akan menjadi
unit terdepan dalam upaya pencapaian target-target PIS-PK dan SPM, sehingga diharapkan
tenaga kesehatan di puskesmas dapat melakukan deteksi dini terkait masalah kejiwaan,
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Kab/kota yang memiliki
puskesmas yang menyelenggarakan upaya kesehatan jiwa, adalah kabupaten/kota yang
memiliki minimal 1 puskesmas di wilayahnya dengan kriteria:
1) Memiliki minimal 2 (dua) tenaga kesehatan terlatih kesehatan jiwa (dokter dan
perawat),
2) Melaksanakan upaya promotif kesehatan jiwa dan preventif terkait kesehatan jiwa
yang teritegrasi dengan program kesehatan puskesmas lainnya,
3) Melaksanakan deteksi dini, penegakkan diagnosis, penatalaksanaan awal dan
pengelolaan rujukan balik kasus gangguan jiwa.
Dalam sistem informasi puskesmas ada beberapa penyakit terkait gangguan jiwa
seperti demensia, gangguan anxietas, gangguan depresi, gangguan psikotik, gangguan
penggunaan napza, gangguan perkembangan dan perilaku pada anak dan remaja,
insomnia. Selain itu dalam PIS-PK dan SPM terdapat indikator “Gangguan jiwa berat di
obati dan tidak ditelantarkan”, dan “Pelayanan kesehatan orang dengan gangguan jiwa
berat”.
Data WHO pada tahun 2016, secara global, terdapat sekitar 35 juta orang yang
mengalami depresi, 60 juta orang dengan gangguan bipolar, 21 juta orang dengan
Skizofrenia, dan 47,5 juta orang dengan demensia.