Page 114 - PROFIL DINKES 2021 VALIDASI
P. 114
103
7.1. PEMENUHAN KUALITAS KESEHATAN LINGKUNGAN
Pengertian kesehatan lingkungan yang adalah upaya pencegahan penyakit
dan/atau gangguan kesehatan dari faktor risiko lingkungan untuk mewujudkan kualitas
lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial. Peningkatan
kualitas kesehatan lingkungan pada kabupaten/kota tercapai dengan terpenuhinya minimal
4 dari 6 kriteria yang meliputi:
1. memiliki desa/kelurahan melaksanakan STBM minimal 20%;
2. menyelenggarakan tatanan kabupaten/kota sehat;
3. melakukan pengawasan kualitas air minum minimal 30%;
4. Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) memenuhi syarat kesehatan minimal 8 %;
5. Tempat Tempat Umum (TTU) memenuhi syarat kesehatan minimal 30%;
6. rumah sakit melaksanakan pengelolaan limbah medis minimal 10%.
7.2. AIR MINUM
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 Tahun 2010 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum, air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau
tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
Air minum yang dikonsumsi masyarakat perlu ditetapkan persyaratan kualitas air minum
sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan.
Air minum yang aman (layak) bagi kesehatan menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 492 Tahun 2010 adalah air minum yang memenuhi persyaratan secara
fisik, mikrobiologis, kimia, dan radioaktif. Secara fisik, air minum yang sehat adalah tidak
berbau, tidak berasa, tidak berwarna serta memiliki total zat padat terlarut, kekeruhan, dan
suhu sesuai ambang batas yang ditetapkan. Secara mikrobiologis, air minum yang sehat
harus bebas dari bakteri E.Coli dan total bakteri koliform. Secara kimiawi, zat kimia yang
terkandung dalam air minum seperti besi, aluminium, klor, arsen, dan lainnya harus di
bawah ambang batas yang ditentukan. Secara radioaktif, kadar gross alpha activity tidak
boleh melebihi 0,1 becquerel per liter (Bq/l) dan kadar gross beta activity tidak boleh
melebihi 1 Bq/l.
Untuk menjaga kualitas air minum yang dikonsumsi masyarakat, diperlukan
pengawasan kualitas air minum baik secara eksternal maupun internal. Pengawasan
kualitas air minum secara eksternal dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota atau
kantor kesehatan pelabuhan (KKP) khusus untuk wilayah kerja KKP. Pengawasan secara
internal dilakukan oleh penyedia air minum yaitu badan usaha milik Negara/badan usaha
milik daerah, koperasi, badan usaha swasta, usaha perorangan, kelompok masyarakat,
dan/atau individual yang melakukan kegiatan penyediaan air minum.