Page 105 - E-Modul Hidrokarbon & Minyak Bumi
P. 105
Masa Depan Transportasi: Kendaraan
BBM vs Listrik, Solusi atau Tantangan Baru?
Pernahkah kalian membayangkan
dunia tanpa kendaraan berbahan
bakar minyak (BBM)? Meski
menjadi sumber energi utama
kendaraan kita, BBM juga
berperan menjadi sumber
pencemaran udara. Kini,
kendaraan listrik hadir sebagai
alternatif yang digadang-gadang
lebih ramah lingkungan, namun
benarkah solusi ini lebih unggul
dalam segala aspek?
Sumber : Lihat disini
Minyak bumi, sumber utama BBM, terdiri dari hidrokarbon yang terbentuk dari
fosil organik selama jutaan tahun (Nugrahanti, 2010). BBM seperti bensin
merupakan salah satu fraksi hasil pengolahan minyak bumi yang mengandung
senyawa hidrokarbon yaitu oktana. Pembakaran oktana (C₈H₁₈) dalam bensin
menghasilkan energi besar, tetapi juga menghasilkan emisi gas buang seperti CO₂,
CO, HC, NOx, SOx, Pb, dan partikulat yang mencemari lingkungan dan berbahaya
bagi kesehatan (Putra et al., 2015). Sementara itu, kendaraan listrik mengandalkan
baterai lithium-ion yang dapat diisi ulang (Yaqien et al., 2023), namun produksinya
melibatkan penambangan lithium dan kobalt yang berdampak pada lingkungan.
Isu ini memicu perdebatan. Kendaraan listrik dianggap lebih ramah lingkungan
karena tidak menghasilkan emisi langsung bahkan diklaim “zero emission”, tetapi
jika listriknya berasal dari batubara atau gas alam, apakah tetap ramah
lingkungan?. Menurut IEA (International Energy Agency), 36% listrik global pada
2022 masih berasal dari batu bara (IEA, 2023). Sementara itu, kendaraan BBM
tetap populer karena infrastruktur yang sudah mapan. Namun demikian, emisinya
berkontribusi besar pada pemanasan global. Berdasarkan data Kementerian
Perhubungan Republik Indonesia (Kemenhub), sektor transportasi menyumbang
24% emisi CO₂ pada 2022 yang sebagian besar berasal dari pembakaran bahan
bakar (Kemenhub, 2023).
88

