Page 5 - MATERI SALAT JAMAK QASHAR_OK
P. 5
Disusun oleh : Shohimatul Luthfah,S.Ag,M.Pd.I dan Atiqoh Rachmah,S.Pd.I Modul Fikih MTsN I Sidoarjo
Dari hadis di atas dapat disimpulkan bahwa Rasulullah pernah menjamak salat karena ada suatu
sebab yaitu bepergian. Hal menunjukkan bahwa menggabungkan dua salat diperbolehkan dalam
Islam namun harus ada sebab tertentu.
2. Macam -Macam Shalat jama`
a. Jamak Taqdim, adalah mengumpulkan dua shalat wajib dikerjakan pada waktu yang
pertama (awal). Jamak taqdim ada dua macam yaitu :
1) Mengumpulkan shalat dhuhur dan shalat ashar, dikerjakan pada waktu Zhuhur.
2) Mengumpulkan shalat maghrib dan shalat isya', dikerjakan pada waktu Maghrib
b. Jamak Ta'khir, adalah mengumpulkan dua shalatwajib yang dikerjakan pada waktu yang
kedua (akhir). Jamak ta'k hir ada dua macam, yaitu :
1) Mengumpulkan shalat Dhuhur dan shalat Ashar, dikerjakan pada waktu Ashar.
2) Mengumpulkan shalat Maghrib dan shalat Isya', dikerjakan pada waktu Isya'
3. Syarat-Syarat Umum Shalat Jama`
a) Musafir, orang yang sedang dalam perjalanan dan perjalanannya tidak untuk maksiat.
b) Jarak perjalanan minimal 80.64 km ( menurut sebagian ulama` tidak disyaratkan jarak
jauhnya perjalanan sebagaimana tersebut di atas (jauh dekat sama saja)
c) Tidak boleh makmum dengan orang yang mukim
d) Dalam keadaan tertentu, seperti : sedang sakit, hujan lebat
e) Berniat shalat jamak
Syarat Jama’ Ta’qdim
a. Dikerjakan dengan tertib; yakni dengan shalat yang pertama misalnya zhuhur dahulu,
kemudian ashar. Dan maghrib dahulu kemudian isya.
b. Niat jama’ dilakukan (dilahirkan) pada shalat pertama.
c. Berurutan antara keduanya; yakni tidak boleh disela dengan shalat sunat atau lain-lain.
Syarat Jama’ Ta’khir
1) Niat jama’ ta’khir dilakukan pada shalat yang pertama.
2) Masih dalam perjalanan tempat datangnya waktu yang kedua.
4. Shalat Jama’ Bagi Yang Tidak Musafir
Orang yang bukan musafir, boleh juga mengerjakan jama’ shalat kalau dalam keadaan darurat.
Misalnya orang yang sedang mengerjakan shalat berjama’ah di mesjid di suatu tempat khusus
seperti di mesjid atau mushalla, kemudian turun hujan lebat yang menghalangi orang untuk
pulang dan kembali lagi untuk berjama’ah.
Melanjutkannya haruslah dengan syarat-syarat sebagai berikut:
a. Hujan lebat hingga menyulitkan perjalanan.
ِ ِ ِ
ِ ٍ
ِ
ٍ
َّ
ِ ِ
َّ
ِ
) ىراخبلا هاور( .ةر يطم ةل يل َّ َ ىف ءاشعْ لاو برغمْ لا ني ب عمج ملسو هيَ لع هللا ىلص ِ يبَّنلا َّ نا َ
ْ
َ
َ
َ َ َْ َ َ َ َ َ َ ْ َ ُ
َْ َ ْ
َ
“Bahwasanya Nabi Saw. Menjama’ shalat Maghrib dan ‘Isya di malam yang hujan lebat”.
(HR. Bukhari)
b. Setelah selesai shalat pertama, hujan masih berjalan terus, sampai pada permulaan shalat
yang kedua.
c. Dikerjakan berurutan antara keduanya.
d. Tertib; yaitu mendahulukan zhuhur daripada ashar, atau maghrib daripada ‘isya.
SHALAT JAMAK QASHAR [Dibalik kesulitan ada kemudahan] Modul Fikih MTsN I Sidoarjo 5