Page 48 - ikat ilmu dengan menulisnya
P. 48
48
Kalau satu tulisan terdiri dari 5 halaman, maka
sudah jadi buku dengan 52 x 5 = 260 halaman. Dan
kalau sudah mengajar selama 10 tahun, setidaknya
hari ini seharusnya sudah punya 10 judul buku.
Kalau tidak punya majelis taklim yang rutin untuk
mengajar, tidak apa-apa juga. Toh sekarang kita
sudah masuk zaman media sosial. Tuliskan saja ilmu
yang kita miliki di media sosial. Sudah tidak usah
meributkan berapa banyak yang baca. Itu sama sekali
tidak penting. Sebab tujuan menulis bukan untuk
mendapatkan banyak pembaca dadakan atau
pembaca fake.
Cuma klik kok sudah dianggap membaca? Ini
bukan pembaca, tapi sekedar akun-akun fake tidak
jelas. Buktinya kalau komen, isinya sama sekali tidak
menggambarkan bahwa dia sudah membaca dengan
benar. Paling hanya dilihat judul sekilas, lalu baca
komen-komen orang, terus diia ikut komen juga
sekenanya, seenaknya, tidak tahu duduk perkara,
dan asal komen. Kita sebagai penulis pasti tahu dan
bisa bedakan, mana komen bermutu dan komen
sampah limbah.
Jadi mau beralasan apa lagi?
Satu-satunya alasan yang menyelamatkan adalah
mengaku tidak punya ilmu. Dan ini bohong besar. Lha
gelar El-Ce itu mau dikemanain?