Page 36 - Mahmud dan Sawah Ajaib
P. 36
sawah berbeda dari kebanyakan orang di kampungnya.
Setiap hari pada masa membajak sawah, Lem Mahmud
sering terlambat ke sawahnya. Kadang ketika matahari
sudah naik baru Lem Mahmud terlihat berjalan beriringan
dengan si putih, sapi kesayangannya.
Rupanya, Lem Mahmud tidak pernah memaksa
sapi satu-satunya itu untuk membajak sawah. Ia selalu
menunggu sapinya bangun dengan sendirinya pada pagi
hari. Tidak pernah terlintas di pikirannya untuk memaksa
si putih bangun lebih cepat untuk membajak sawah.
Kebutuhan pakannya pun benar-benar diperhatikannya.
Ketika si putih sudah kelihatan lelah, serta merta ia
membuka langai, alat untuk membajak di pundak sapi dan
membiarkannya beristirahat lebih cepat.
Lem Mahmud juga sangat peduli dengan tumbuh-
tumbuhan. Ia tidak pernah membiarkan sedikit pun
rerumputan yang disabit untuk sapinya tercecer di
jalanan. Sudah bertahun-tahun ia pergi ke sawah dan
hutan di pengunungan, tetapi belum pernah sekalipun ia
memotong pohon tanpa maksud yang jelas. Pernah suatu
waktu, ia ditertawai orang ketika meminta izin pada
sebatang pohon terlebih dahulu sebelum memotong dahan
tumbuh-tumbuhan untuk dijadikan pengayuh perahu
kecilnya.
24