Page 44 - Cikal Cerita rakyat dari DIY
P. 44
“Sekargunung, anakku. Sebenarnya bukan hanya seniman saja, tetapi
setiap orang. Kita sebagai seniman, entah itu dengan suaranya yang merdu,
atau dengan gerakan tubuhnya yang indah, atau dengan gamelannya tidak
boleh mementingkan dirinya sendiri.”
“Benar, Ki,” sahut Ki Reksaka yang sedari tadi hanya diam
mendengarkan, “apalah artinya ketenaran kalau kita memejamkan mata
terhadap penderitaan orang lain. Kemuliaan yang kita peroleh tidak ada
artinya.”
“Lagu-lagu yang dinyanyikan oleh Pangesti dan Ladi adalah karya
pujangga zaman kuno. Para pujangga itu berkarya bukan untuk ketenaran
atau kemuliaan dirinya saja, tetapi sebenarnya juga memberikan pendidikan
kepada kita semua.”
Keletihan dan angin malam yang dingin akhirnya membuat seniman
pengembara itu menutupkan matanya masing-masing. Dengan selimut kain
jarik, mereka terbuai dalam mimpinya. Wajah mereka teduh, menggambarkan
kepenatan tubuhnya sudah terangkat dalam tidurnya malam itu.
39