Page 40 - Cikal Cerita rakyat dari DIY
P. 40

6. Pelajaran dari Banjir


















                          Bersama ketenaran rombongan tari tledhek dari Hargamulya itu, musim
                  pun mulai berubah. Musim kemarau panjang bergeser memasuki musim hujan.
                  Hujan yang menjadi tumpuan harapan para petani dan setiap orang selalu
                  membawa berkah. Akan tetapi, musim hujan kali ini bagaikan memberikan
                  keseimbangan  bagi  musim  kemarau  yang  sangat  panjang  kemarin.  Hujan

                  turun  sepanjang  hari  seperti  tiada  henti  sehingga  air  melimpah  di  mana-
                  mana.  Daerah  yang  biasanya  sangat  jarang  mendapat  air,  kali  ini  seakan
                  diberi kelimpahan yang tiada terhingga.


                          Air  hujan  yang  turun  tiada  henti  itu  akhirnya  menimbulkan  banjir
                  bandang  (banjir  besar)  di berbagai  daerah.  Banjir  besar  yang  datang
                  menimbulkan  bencana  bagi  setiap  orang.  Bukan  hanya  sawah  dan  ladang

                  yang rusak karena banjir itu, tetapi juga banyak rumah dan harta benda yang
                  rusak atau hilang tersapu air. Bahkan, tidak sedikit warga dusun yang hilang
                  terbawa  besarnya  air  hujan  itu.  Mereka  hilang  tidak  diketahui  rimbanya,
                  entah  terbawa  aliran  air  sungai  yang  meluap  atau  karena  tertimbun  oleh
                  tebing-tebing bukit dan gunung. Kuasa alam yang tidak tertahan akhirnya

                  menimbulkan penderitaan manusia.

                          “Pada mulanya, aku mengira hujan ini akan membawa banyak orang
                  bersuka ria,” sahut Sriyanti.


                          “Apa maksudmu, Sriyanti?” sergah Sekargunung.










                                                          35
   35   36   37   38   39   40   41   42   43   44   45