Page 38 - Cikal Cerita rakyat dari DIY
P. 38
tempatnya. Saat ini aku sudah mengetahui jawabannya. Sekarang aku merasa
sudah kembali sehat.”
Untuk mengungkapkan rasa syukur dan kegembiraannya, Gusti Adipati
Prasangkara kemudian memberikan hadiah kedudukan yang terhormat
kepada Ki Mangli dan rombongannya. Namun, maksud baik itu ditolak dengan
halus oleh Ki Mangli.
“Hamba ini hanyalah seniman pengembara. Terlampau tinggi jika
kedudukan itu diberikan kepada kami. Besuk kami harus melanjutkan
perjalanan, Gusti.”
“Apakah pemberianku kurang terhormat, Mangli?”
“Sangat terhormat, Gusti. Bagi kami, kehormatan adalah dapat
menjaga nama baik. Itu sudah cukup. Kami sudah merasa cukup dapat
membantu sesama hidup,” jawab Ki Mangli dengan sopan.
Oleh karena sudah bulat tekadnya, Gusti Adipati Prasangkara tidak
dapat memaksa. Namun, sebelum rombongan itu meninggalkan Kadipaten
Calapar pada keesokan harinya, mereka diberi hadiah berupa pakaian dan
uang.
Sejak saat itulah nama Sekargunung dan Sriyanti seperti berada di
puncak gunung yang tinggi. Namanya dikenal oleh banyak orang. Tanggapan
atas pementasannya semakin banyak. Setiap kali mereka memasuki dusun
atau desa, mereka selalu mendapat sambutan yang meriah. Tanggapan pentas
selalu datang untuk mereka. Uang dan perbekalan yang mereka butuhkan
sudah bukan masalah lagi. Dengan uang dan perbekalannya itu, rombongan
pengembara itu belum memutuskan untuk kembali ke Dusun Hargamulya,
tempat asalnya.
“Mungkin ada rencana lain dari Tuhan Yang Mahakuasa untuk kita
bersama. Marilah kita tetap mengembara sambil membuat orang berbahagia,”
kata Ki Mangli memberikan kekuatan kepada anggota rombongan tari tledhek
itu.
33