Page 36 - Cikal Cerita rakyat dari DIY
P. 36
“Akan kami ingat, Ki,” sambut Ki Reksaka mewakili teman-temannya
yang lain.
“Demikian juga kalian berdua, Sekargunung dan Sriyanti. Wujudkanlah
tarian seindah bunga hutan yang indah di atas batu.”
Sekargunung dan Sriyanti menganggukkan kepalanya. Di dalam hati
mereka berdua berjanji akan menari dengan sepenuh jiwa raganya.
Keduanya membuktikannya. Di hadapan Sekar Pandan dan hadirin yang
berada di pendopo kadipaten itu, Sekargunung dan Sriyanti memperlihatkan
kelihaiannya menari. Anak dari desa bergunung itu terlihat sangat tenang
ketika menggerakkan kepala, tangan, tubuh, dan kakinya. Mereka berdua
bagaikan hilang dalam wujudnya sebagai remaja putri. Yang tampak dalam
mata Sekar Pandan dan penonton lainnya keduanya layaknya dua kuntum
bunga dari gunung yang sangat indah.
Sewaktu seluruh tubuh mereka meliuk mengikuti irama gamelan dan
tembang puisi yang dinyanyikan oleh Nyi Pangesthi, Sekar Pandan melihatnya
seperti kembang-kembang yang sedang diterpa angin gunung dengan lembut.
Tiba-tiba, Sekar Pandan menjadi sangat tergetar hati dan jiwanya.
Segala derita yang ia sandang selama ini terasa hilang. Tubuhnya menjadi
ringan. Penyakit yang selama ini mengeram di dalam tubuhnya menguap,
tersapu oleh indahnya dua kuntum bunga yang sekarang sedang menari dan
membuatnya gembira. Sekar Pandan bagaikan melihat dua kuntum bunga
berada di atas batu yang selama ini mengganggu dirinya. Sekarang, ia
melihat bahwa Sekargunung dan Sriyanti itu sebenarnya pengejawantahan
dari mimpinya. Dua kuntum bunga di atas batu adalah perlambang dari
Sekargunung dan Sriyanti yang berasal dari Bukit Menoreh yang berbatu-
batu.
Ia tidak tahu bagaimana semuanya ini terjadi. Akan tetapi, Sekar
Pandan percaya bahwa itu sudah menjadi kehendak Tuhan Yang Mahakuasa.
Sekargunung dan Sriyanti hanyalah perantara yang dipakai oleh Tuhan untuk
menyembuhkannya.
31