Page 53 - Cikal Cerita rakyat dari DIY
P. 53

“Kakang masih hidup, tidak mati. Akan tetapi, Kakang tidak pulang.
                  Artinya, Kakang akan menetap di sini selamanya dengan membuka daerah ini
                  menjadi sebuah dusun?” tanya Nyi Pangesti kepada suaminya.


                          “Benar, daerah ini akan kita buka menjadi sebuah dusun. Supaya kita
                  tetap dekat dengan Sekargunung, si Cikal kita.”

                          “Betul,  Kakang  Mangli.  Harta  terindah  dan  paling  berharga  hanya

                  anak, dan anak kita satu-satunya sudah mendahului kita pergi. Aku mantap
                  menetap di sini,” kata Nyi Pangesti.

                          “Aku mengikuti kata-katamu, Nyi,” sambut Nyi Ladi.


                          “Apa yang menjadi keinginan isteriku sama dengan kehendakku dan
                  anakku,” kata Ki Reksaka.


                          “Saya pun hanya mengikuti kalian semua,” kata Legiman mantap.

                          “Paman Mangli,” kata Sriyanti, “apakah ini juga berarti kita tidak lagi

                  menabuh gamelan dan menari?”

                          “Tentu saja, tidak, Sriyanti. Menari dan menabuh gamelan merupakan
                  kehidupan kita. Pasti kita tidak akan meninggalkan dunia kesenian, Nak.”


                          “Oh, betapa senangnya aku.”

                          “Darah  seni  yang  mengalir  di dalam  tubuh  kita  tidak  akan  dapat
                  dihentikan  oleh  siapa  pun  dan  dengan  alasan  apa  pun.  Bukan  karena  kita

                  sedih ditinggal Sekargunung atau karena sedang kesulitan makan lalu kita
                  berhenti menari, Sri.”

                          Kata-kata Ki Mangli itu sebenarnya tidak hanya diresapi oleh Sriyanti,

                  tetapi juga oleh Nyi Pangesti, Ki Reksaka, Nyi Ladi, dan Legiman.

                          Malam itu rombongan pengembara seni tari tledhek itu beristirahat di
                  tepi Sungai Kedhung Jaran. Di sana mereka membuat semacam gubuk dari

                  daun  kelapa  yang  banyak  terdapat  di  sekitar tempat  mereka  beristirahat.
                  Daerah yang mereka pilih untuk menetap itu belum dihuni manusia. Alamnya
                  masih tampak asri. Pepohonan besar dan kecil tumbuh dengan subur. Selain

                  itu,  banyak  tanaman  pangan  liar  hidup  dengan  bebasnya.  Mereka  semua






                                                          48
   48   49   50   51   52   53   54   55   56   57   58